Page 155 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 SEPTEMBER 2021
P. 155
Ringkasan
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ifa Fauziyah mengatakan sosialisasi UU Cipta Kerja terus
dilakukan secara intensif, terutama bagi kalangan pengusaha atau manajemen. Hal ini diperlukan
agar pengusaha dan pekerja memperoleh titik temu dalam memandang UU Cipta Kerja.
MENAKER MINTA UU CIPTAKER DISOSIALISASI INTENSIF KE PENGUSAHA &
PEKERJA
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ifa Fauziyah mengatakan sosialisasi UU Cipta Kerja terus
dilakukan secara intensif, terutama bagi kalangan pengusaha atau manajemen. Hal ini diperlukan
agar pengusaha dan pekerja memperoleh titik temu dalam memandang UU Cipta Kerja.
"Sosialisasi ini dilakukan per sektor, misalnya sektor otomotif, pariwisata, yang memiliki
karakteristik dan tidak bisa disamakan dengan sektor-sektor lain. Jadi mohon dukungan bapak
ibu semua, karena saat masa transisi ini banyak hal bisa terjadi," kata Ida dalam keterangan
tertulis, Kamis (9/9/2021).
Saat menerima audiensi Forum Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) di Gedung Kemnaker,
Jakarta, Rabu (8/9), Ida memahami UU Cipta Kerja merupakan produk legislasi baru yang
disahkan pada 5 Oktober 2020 lalu.
Karenanya ia menilai masih membutuhkan sosialisasi lebih masif lagi kepada stakeholder
ketenagakerjaan. Bukan hanya kepada pekerja, tapi perusahaan juga harus memiliki
pemahaman yang utuh terhadap UU Cipta Kerja.
"Kami selalu minta teman-teman PHI Jamsos untuk tidak berhenti mensosialisasikan UU Nomor
11 Tahun 2020 untuk menghindarkan adanya salah interpretasi dari UU tersebut," tutur Ida.
Ida mengakui sedikit sekali perusahaan menerapkan Struktur dan Skala Upah (SUSU), padahal
SUSU merupakan pintu masuk untuk memperkuat perlindungan pengupahan kepada pekerja
yang sudah bekerja di atas 12 bulan. Bahkan praktek di lapangan, perusahaan-perusahaan
menggunakan upah minimum sebagai standar upah.
"Itu masalahnya, jadi tidak menghargai, tidak ada merit system (kebijakan manajemen Aparatur
Sipil Negara (ASN) berdasarkan kualitas, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar). Ini
sebenarnya problem, meski filosofinya sudah benar, kita dorong agar orang bekerja dihargai
sesuai dedikasi, loyalitas, kompetensi, dan skills, " imbuhnya.
Ida menyadari UU Cipta Kerja membutuhkan waktu untuk mencapai titik ideal. Saat ini,
diakuinya, masih dihadapkan masa transisi, yang bisa dimanfaatkan berbagai pihak untuk
mencari momentum masa transisi untuk kepentingannya sendiri.
"Masa transisi banyak hal bisa terjadi. Saya senang bapak-bapak mengkomunikasikan kepada
kami, sehingga kami tahu sesungguhnya implementasi UU Nomor 11 Tahun 2020 ini, pada
prakteknya membutuhkan kesabaran secara obyektif untuk melihat UU ini," ujarnya.
Meski demikian, dalam kondisi sesulit apapun, Ida tetap mendorong perlunya dialog secara
bipartit kepada perusahaan karena akan lebih cepat menyelesaikan permasalahan. Kondisi
internal perusahaan itu yang tahu hanya pengusaha dan pekerja.
"Jadi berkali-kali, kita tekankan dialog-dialog, kondisi kesulitan pun tetap disampaikan
manajemen perusahaan kepada pekerja secara terbuka dan kekeluargaan, " ujarnya.
154