Page 35 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 MARET 2019
P. 35

Penyampaian tersebut berbeda dengan Ma'ruf. Dalam debat tersebut, pasangan
               Jokowi hanya bermain normatif; mengangkat upaya yang memang sudah dijalankan
               Jokowi. Salah satunya adalah rencana program menghubungkan vokasi dengan
               industri, atau biasa disebut link and match .

               Menurut Fithra, solusi link and match yang ditawarkan Ma'ruf cukup kuno lantaran
               tak ada elaborasi mengenai konsep tersebut ke depannya.

               "Saya berpendapat Sandiaga lebih unggul kali ini. Ia tampaknya tahu teknis, lebih
               banyak masalah yang diungkapkan, dan tentu lebih eksploratif di mana solusi yang
               ia tawarkan lebih ke arah case study . Sementara solusi yang ditawarkan Ma'ruf
               cukup hanya deskriptif tentang hal-hal yang sudah dilakukan saat ini," jelas Fithra
               kepada CNNIndonesia.com , Minggu (17/3).

               Contoh lain kata Fithra, respons Ma'ruf mengenai jaminan kesehatan. Ma'ruf kerap
               bicara mengenai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang sudah baik karena peserta
               program tersebut sudah 215 juta jiwa. Dari jumlah peserta tersebut, 96,8 juta di
               antaranya biayanya ditanggung negara.

               Hanya saja, elaborasi tersebut tidak cukup memuaskan. Pasalnya, banyaknya
               cakupan masyarakat yang ikut dalam program tersebut akan sia-sia jika pelayanan
               buruk.

               Hal tersebut berbeda dengan yang disampaikan Sandi. Pasangan Prabowo Subianto
               tersebut ia sebut lebih kongkret dalam menawarkan program perbaikan layanan
               kesehatan dengan mengatakan bahwa kualitas kesehatan harus menjadi nomor
               wahid. Bahkan, Sandiaga juga sesumbar ingin menuntaskan masalah keuangan
               Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dalam 200 hari pertama
               agar pelayanan kesehatan dan dokter membaik.

               Menurut Fithra, penyelesaian masalah dalam 200 hari pertama sangat
               dimungkinkan. "Sekarang defisit BPJS Kesehatan terakhir sesuai audit BPKP adalah
               Rp10 triliun, ini kan hanya berapa persen dari APBN saja sebetulnya. Jadi kalau
               hanya menyelesaikan defisit saja, harusnya bisa dalam 200 hari. Tapi kan kemudian
               harus terpikir, pengelolaan BPJS Kesehatan secara berkelanjutan ke depan ini harus
               seperti apa," terang dia.

               Fithra melanjutkan, sebetulnya Ma'ruf bisa lebih baik dalam debat saat Sandi
               mengkritik kebijakan pemerintah soal keberadaan tenaga kerja asing. Ia bisa
               'menangkis' serangan Sandiaga dengan data data Tenaga Kerja Asing (TKA) yang
               sebenarnya.

               Namun, hujan data kali ini dianggapnya tidak deras seperti debat capres sebulan
               sebelumnya. Ada kemungkinan kedua cawapres enggan mengeluarkan banyak data
               karena takut kesalahan penyajian data sebagaimana terjadi pada debat sebelumnya,
               terjadi lagi.




                                                       Page 34 of 117.
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40