Page 101 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 OKTOBER 2021
P. 101

Ringkasan

              Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menegaskan pemerintah tak
              bisa menimbang kenaikan upah minimum 2022 menggunakan instrumen Peraturan Pemerintah
              (PP)  Nomor  36 Tahun  2021  tentang  Pengupahan.  Jika  hal  itu  dilakukan,  akan  menimbulkan
              gejolak di lingkungan buruh. Ia menyebutkan hal itu tidak bisa dilakukan pemerintah lantaran
              buruh sedang melayangkan gugatan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi terkait Undang-
              undang Cipta Kerja. Sehingga, penetapan kenaikan upah minimum seharusnya menggunakan
              PP nomor 78/2015.



              AWAS, GEJOLAK BURUH JIKA KENAIKAN UPAH MINIMUM 2022 TAK SAMPAI 7
              PERSEN

              Jakarta  -  Presiden  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  Said  Iqbal  menegaskan
              pemerintah  tak  bisa  menimbang  kenaikan  upah  minimum  2022  menggunakan  instrumen
              Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan. Jika hal itu dilakukan,
              akan menimbulkan gejolak di lingkungan buruh.

              Ia menyebutkan hal itu tidak bisa dilakukan pemerintah lantaran buruh sedang melayangkan
              gugatan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi terkait Undang-undang Cipta Kerja. Sehingga,
              penetapan kenaikan upah minimum seharusnya menggunakan PP nomor 78/2015.

              "Kami minta UMK dinaikkan sebesar 7-10 persen, tapi diabaikan dulu PP 36/2021 wong lagi
              digugat.  Kalau  buruh  menang  gimana?  Apa  pengusaha  mau  membayar  tambahannya?,"
              tegasnya dalam keterangan resmi, Selasa (26/10/2021).

              "Kemudian  kami  lihat  pemerintah  kemenaker  ini  naiknya  berapa  kalau  memakai  rumus  PP
              36/2021  upah  itu  turun,  berani  gak  pemerintah  memutuskan,  itu,  kalau  mau  menimbulkan
              gejolak di buruh, silakan saja, silakan putuskan,"tambahnya.

              Kemudian,  ia  juga  meminta  pemerintah  untuk  menerapkan  Upah  Minimum  Sektoral
              Kota/Kabupaten (UMSK) dengan alasan yang serupa. Dengan adanya kekosongan aturan yang
              sedang digugat ia mengembalikan penetapan upah seharusnya mengacu pada PP 78/2015.

              Said iqbal juga memandang bahwa Undang-undang nomor 11 tahun 2020 Omnibus Law Cipta
              Kerja khususnya klaster ketenagakerjaan tak berpihak sama sekali kepada buruh.
              "Bagi kami ini adalah kejahatan perburuhan negara lalai melindungi buruh baik buruh yang akan
              masuk pasar kerja, buruh bekerja dan buruh yang akan mengakhiri kerjanya," katanya.

              hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

              Dalam tuntutannya pada poin keempat, ia menuntut penerapan Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
              antara  serikat  buruh  dengan  manajemen  perusahaan.  Ia  menyebut  PKB  ini  setara  dengan
              undang-undang.

              "Nilainya menurut UU 13/2003 setara dengan undang-undang. Biar dijalankan karena terikat
              dengan  hukum  perjanjian,  PKB  dibuat  nilainya  terutama  kesejahteraan  diatas  undang2  yang
              normatif," katanya.
              "Misal kalau upah minimum hanya untuk berlaku karyawan yang masa kerja satu tahun kebawah,
              maka  di  PKB  yang  diatas  1  tahun  keatas  berapa  upahnya  bagaimana  struktur  secara  upah,
              hubungan kerja yang bekerja kontrak tetap, itu namanya PKB," tutur Said Iqbal.


                                                           100
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106