Page 252 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 OKTOBER 2021
P. 252

KSPI MINTA UPAH MINIMUM 2022 NAIK 10%

              JAKARTA, - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) meminta kenaikan upah minimum pada
              tahun  2022  sebesar  7%  hingga  10%.  Saat  ini  pemerintah  sedang  melakukan  penyusunan
              kebijakan  untuk  penentuan  upah  minimum  tahun  2022.  Berbeda  dengan  tahun-tahun
              sebelumnya, pada tahun 2021 ini upah minimum tidak naik sebab ada kondisi pandemi Covid-
              19.

              "Kenaikan UMK 2022 antara 7% sampai 10% sesuai dengan hasil survei kebutuhan hidup layak
              yang dilakukan KSPI. Dengan kata lain, kenaikan upah ini menjadi penting untuk menjaga daya
              beli  agar  buruh  bisa  memenuhi  kebutuhannya  secara  layak,"  ucap  Presiden  KSPI  Said  Iqbal
              dalam siaran pers yang diterima pada Selasa (26/10).

              KSPI mendesak agar Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK) tetap diberlakukan, baik
              UMSK  tahun  2021  maupun  2022.  KSPI juga  meminta  pelaksanaan Perjanjian  Kerja  Bersama
              (PKB) tanpa omnibus law.
              "Kekuatan hukum PKB setara dengan undang-undang. Karena itu, kami menolak keras jika PKB
              yang ada di perusahaan kualitasnya diturunkan mengikuti omnibus law," ucap Said.

              KSPI mendesak agar omnibus law UU Cipta Kerja dibatalkan. Dalam waktu dekat, Mahkamah
              Konstitusi akan membacakan putusan uji formil UU Cipta Kerja yang salah satunya diajukan oleh
              KSPI.  "Kami  meminta  agar  Hakim  MK  membatalkan  undang-undang yang  ditolak  oleh  kaum
              buruh tersebut," tutur Said Iqbal.

              Sebelumnya,  Dirjen  PHI  dan  Jamsos  Kemnaker,  Indah  Anggoro  Putri,  mengatakan,  pada
              prinsipnya penetapan upah bertujuan mewujudkan sistem pengupahan yang berkeadilan bagi
              seluruh  pihak  dalam  konteks  untuk  mencapai  kesejahteraan  pekerja,  namun  tetap
              memperhatikan kemampuan perusahaan dan kondisi perekonomian nasional.

              "Jadi  tak  hanya  berpikir  kesejahteraan  pekerja,  tapi  juga  berpikir  atau  memperhatikan
              kemampuan perusahaan sehingga kelangsungan bekerja dapat terjaga, dengan demikian dapat
              mendorong perekonomian nasional," ujarnya.

              Indah memahami bahwa penetapan upah minimum tahun 2022 yang mengalami kenaikan belum
              dapat memenuhi ekspektasi sebahagian pihak, namun penetapan UM tersebut harus diapresiasi
              sebagai langkah maju, mengingat saat ini masih dalam masa pemulihan dari dampak Covid-19.
              Hal ini tentunya lebih baik dibandingkan dengan tahun 2021 yang tidak terdapat kenaikan upah
              minimum.

              "Depenas  (Dewan  Pengupahan  Nasional)  dan  LKS  Tripnas  (Lembaga  Kerja  Sama  Tripartit
              Nasional) berharap para pihak agar tidak berkutat pada Upah Minimum, melainkan mendorong
              perjuangan  kepada  upah  berdasarkan  struktur  dan  skala  upah  sebagai  wujud  produktivitas.
              Dengan demikian apabila lebih produktif maka kita sebagai bangsa akan meningkatkan daya
              saing," pungkas Indah.

              Editor : Nurjoni (nurjoni@investor.co.id).












                                                           251
   247   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257