Page 311 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 OKTOBER 2021
P. 311

Menurut Presiden KSPI Said Iqbal, aksi ini diikuti oleh para buruh yang berasal dari 1.000 pabrik
              di seluruh Indonesia dengan mengusung 4 tuntutan.
              Tuntutan pertama, kata Said Iqbal, buruh meminta upah minimum tahun 2022 naik sebesar 7
              hingga 10 persen.

              "Kenaikan UMK 2022 antara 7-10 persen sesuai dengan hasil survey kebutuhan hidup layak yang
              dilakukan KSPI. Dengan kata lain, kenaikan upah ini menjadi penting untuk menjaga daya beli
              agar buruh bisa memenuhi kebutuhannya secara layak," kata Said Iqbal lewat keterangannya,
              Selasa (26/10/2021).

              Untuk  tuntutan  yang  kedua,  KSPI  mendesak  agar  Upah  Minimum  Sektoral  Kabupaten/Kota
              (UMSK) tetap diberlakukan. Baik UMSK tahun 2021 maupun 2022.

              Ketiga, buruh mendesak agar omnibus law UU Cipta Kerja dibatalkan.
              "Dalam waktu dekat, Mahkamah Konstitusi akan membacakan putusan uji formil UU Cipta Kerja
              yang salah satunya diajukan oleh KSPI. Kami meminta agar Hakim MK membatalkan undang-
              undang yang ditolak oleh kaum buruh tersebut," tegas Said Iqbal.

              Sementara itu, untuk tuntutan yang keempat, KSPI meminta Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
              tanpa omnibus law.

              "Kekuatan hukum PKB setara dengan undang-undang. Karena itu, kami menolak keras jika PKB
              yang ada di perusahaan kualitasnya diturunkan mengikuti omnibus law," serunya.

              Jika aksi ini tidak ditanggapi, KSPI akan melakukan aksi susulan dengan melibatkan massa buruh
              yang lebih luas. Baik dari sisi jumlah massa aksi maupun jumlah sebaran lokasi aksi.

              Sekadar informasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi meneken Peraturan Pemerintah Nomor
              36 Tahun 2021 tentang Pengupahan, yang merupakan aturan turunan Undang-undang Nomor
              11  Cipta  Kerja  (UU  Ciptaker).  Dalam  beleid  yang  diteken  Jokowi  pada  2  Februari  2021  ini,
              Pemerintah  resmi  mengubah  rumus  perhitungan  upah  minimum  bagi  buruh.  Perhitungannya
              ditentukan berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan.

              "Upah minimum terdiri atas: (a) upah minimum provinsi; dan (b) upah minimum kabupaten/kota
              dengan syarat tertentu," demikian bunyi Pasal 25 Ayat (1) PP Nomor 36 Tahun 2021, dari salinan
              dokumen PP yang diunduh Akurat.co, melalui JDIH Kementerian Sekretariat Negara, Minggu
              (21/2/2021).

              Pada Pasal 25 Ayat (2) PP tersebut dikatakan bahwa upah minimum ditetapkan berdasarkan
              kondisi  ekonomi  dan  ketenagakerjaan.  Adapun  kondisi  ekonomi  dan  ketenagakerjaan  yang
              dimaksud meliputi variabel paritas daya beli, tingkat penyerapan tenaga kerja, dan median upah.

              "Kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi variabel:
              a.  paritas  daya  beli;  b.  tingkat  penyerapan  tenaga  kerja;  dan  c.  median  upah,"  tulis  beleid
              tersebut.













                                                           310
   306   307   308   309   310   311   312   313   314   315   316