Page 68 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 09 JULI 2020
P. 68
Komitmen ini akan diwujudkan dalam bentuk pemulihan ekonomi dengan mengedepankan
protokol kesehatan.
Plt. Sekjen Kemnaker, Budi Hartawan, menyatakan bahwa pemulihan ekonomi di kawasan
Indonesia, Malaysia, dan Thailand, membutuhkan komitmen dan kerja bersama.
Budi mengemukakan data Asian Development Bank (ADB) selama pandemi Covid-19, yang
menunjukkan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN mengalami penurunan dari 4,7 persen
di tahun 2019 menjadi 1 persen di kuartal pertama tahun 2020. Berdasarkan laporan ILO,
pekerja di kawasan ASEAN mengalami penurunan atau sama sekali kehilangan pendapatan.
3 NEGARA ASEAN KERJA SAMA TANGKAL IMBAS CORONA
Tiga negara ASEAN yang tergabung dalam Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-
GT) menyatakan komitmennya untuk bersatu menghadapi dampak pandemi COVID-19.
Komitmen ini akan diwujudkan dalam bentuk pemulihan ekonomi dengan mengedepankan
protokol kesehatan.
"Dibutuhkan kolaborasi strategis antarnegara tetangga khususnya dalam kerangka kerja sama
IMT-GT yang berfokus pada pemulihan ekonomi sub regional di wilayah perbatasan Indonesia,
Malaysia, dan Thailand," kata Plt. Sekjen Kemnaker , Budi Hartawan, dalam keterangan tertulis,
Rabu (8/7/2020).
Ia pun mengemukakan data Asian Development Bank (ADB) selama pandemi COVID-19 dalam
konferensi tentang 'Managing the Impact of COVID-19 on IMT-GT Working Group on Human
Resources Development, Education, and Culture Cooperation' (WGHRDEC), melalui video
conference.
Data tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN mengalami penurunan
dari 4,7 persen di 2019 menjadi 1 persen di kuartal pertama 2020. Berdasarkan laporan ILO,
pekerja di kawasan ASEAN mengalami penurunan atau sama sekali kehilangan pendapatan.
"Bahkan kehilangan tunjangan dan perlindungan sosial terkait pekerjaan, dan kerap kali risiko
tersebut lebih tinggi pada pekerja migran perempuan," ungkapnya.
Pandemi COVID-19 juga menimbulkan tantangan baru di sektor ketenagakerjaan yaitu
terhambatnya rantai pasok global dan penurunan hasil produksi. Hal ini diakibatkan adanya
pembatasan sosial berskala besar dan adanya restriksi pada pergerakan mobilitas orang atau
tenaga kerja.
Rantai pasok global yang terhambat serta penurunan hasil produksi menyebabkan
terganggunya keberlangsungan usaha yang akan diikuti oleh turunnya pendapatan bagi pekerja
dan keluarganya.
"Krisis tersebut tidak hanya berdampak pada sektor formal tetapi juga sektor informal dan
kelompok pekerja tertentu seperti pekerja muda dan pekerja lansia," ujarnya.
Budi juga menjelaskan masyarakat di wilayah perbatasan juga terdampak oleh krisis pandemi.
Perekonomian masyarakat masih sangat tergantung pada interaksi perdagangan dan mobilitas
lintas negara. Namun di sisi lain, krisis pandemi ini membuka peluang baru di bidang
ketenagakerjaan.
"Saat transisi new normal ini, semua stakeholder didorong beradaptasi cepat untuk
memanfaatkan peluang tersebut melalui identifikasi pekerjaan masa depan, dengan
67