Page 66 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 NOVEMBER 2021
P. 66

depan.  Namun, perwakilan  buruh  belum  menyepakati  ini.  Angka  kenaikan  pun  bisa  berubah
              menjadi 1,68 persen sesuai tuntutan perwakilan buruh.


              UMP 2022 KALTIM CUMA NAIK RP 50 RIBU

              SAMARINDA-Dalam rapat Dewan Pengupahan pada 11 November lalu, Upah Minimum Provinsi
              (UMP) Kaltim 2022 naik 1,11 persen. Dari UMP2021 senilai Rp 2.981.378 menjadi Rp 3.014.497
              pada tahun depan. Namun, perwakilan buruh belum menyepakati ini. Angka kenaikan pun bisa
              berubah menjadi 1,68 persen sesuai tuntutan perwakilan buruh.

              Hal  itu  disampaikan  Asisten  Pemerintahan  dan  Kesejahteraan  Rakyat  Kaltim  Jauhar  Effendi.
              Dalam  pertemuannya  dengan  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo)  Kaltim  dan  perwakilan
              buruh, pemprov disebut menerima usulan kenaikan menjadi 1,68 persen.
              'Tempo  hari  disampaikan,  usulan  kenaikan  UMP  dari  Dewan  Pengupahan  1,11  persen.  Dari
              Serikat  Pekerja  minta  kenaikan  1,68  persen.  Terus  kita  rundingkan,"  kata  Jau-har,  kemarin
              (18/11).

              Dari  perundingan  tersebut,  lanjut  dia,  Apindo  menyatakan  tidak  keberatan  atas  permintaan
              kenaikan dari serikat pekerja sepanjang sesuai ketentuan. Karena kedua belah pihak sepakat,
              pemprov menerima usulan kenaikan 1,68 persen. Sebelumnya, usai rapat UMP pada pekan lalu,

              Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Kaltim yang menjadi anggota Dewan
              Pengupahan menyampaikan, pihaknya tidak sepakat dengan angka yang ditetapkan.

              "Karena  acuannya  pakai  PP  (Peraturan  Pemerintah)  tanpa  mempertimbangkan  indikator
              Kebutuhan Hidup Layak (KHL)," tegas Ketua KSBSI Kaltim, Sulaeman Hattase.

              Sulaeman  menjelaskan,  KSBSI  Kaltim  tak  menandatangani  keputusan  yang  diambil  Dewan
              Pengupahan. Lalu, pihaknya dan beberapa serikat buruh lain sudah menghadap ke gubernur
              Kaltim yang diwakili Asisten I, Jauhar Efifendi.

              "Kami minta penetapan UMP itu mempertimbangkan KHL. Berdasar inflasi yang  terjadi juga,
              karena sesuai dengan daya beli masyarakat," lanjutnya. Mereka juga berharap, Pemprov Kaltim
              berkoordinasi dengan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker)
              untuk  mencabut  PP  36/2021.  Menurut  dia,  mekanisme  penentuan  upah  yang  diatur  dalam
              peraturan tersebut tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.

              PP 36/2021 merupakan aturan turunan UU Cipta Kerja, yang sebelumnya mendapat penolakan
              keras dari buruh dan mahasiswa.

              Dalam  PP  36/2021,  penentuan  upah  minimum  ditetapkan  berdasarkan  kondisi  ekonomi  dan
              ketenagakerjaan.  Dengan  memperhitungkan  batas  atas  dan  batas  bawah  upah  minimum.
              Sedangkan, dalam PP 78/2015, kenaikan upah minimum berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak
              (KHL) serta memerhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari jumlah
              inflasi dan PDRB.

              Dengan demikian, UMP 2022 yang naik 1,68 persen, berarti upah yang diterima menjadi Rp
              3.031.465 atau naik hanya sebesar Rp50 ribu. Dibandingkan dalam satu dekade terakhir, kecuali
              pada 2020 ke 2021, kenaikan ini menjadi yang paling kecil, karena hanya Rp 50 ribu, bahkan
              awalnya hanya Rp 33 ribu. Padahal, sebelumnya selalu berkisar ratusan ribu.

              Akademisi  hukum  Universitas  Mulawarman  (Unmul)  Samarinda  Herdiansyah  Hamzah
              menekankan, sedari awal, UU Cipta Kerja dan aturan turunannya, memang membawa semangat

                                                           65
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71