Page 261 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 APRIL 2021
P. 261

APRISINDO MINTA PEMBAYARAN THR MENGEDEPANKAN DIALOG BIPARTIT

              Jakarta,  Direktur  Eksekutif  Asosiasi  Persepatuan  Indonesia  (Aprisindo)  Firman  Bakrie  menilai
              kebijakan pembayaran tunjangan hari raya (THR) yang harus dibayar penuh atau tidak dicicil
              sangat  memberatkan  pelaku  usaha,  khususnya  yang  masih  mengalami  kesulitan  cash  flow.
              Pasalnya meskipun kondisi ekonomi secara umum mulai memperlihatkan adanya tren perbaikan,
              namun  kondisi  masing-masing  perusahaan  sangatlah  berbeda.  Karenanya,  Firman  berharap
              perundingan  secara  bipartit  dapat  dilakukan  apabila  perusahaan  tersebut  memang  masih
              mengalami kesulitan cash flow. Dialog tersebut juga harus dilakukan dengan buruhnya langsung,
              bukan dengan serikat buruh di level kabupaten/kota, provinsi, atau nasional. Sebab yang paling
              tahu kondisi perusahaan adalah buruh perusahaan tersebut.

              "Yang pasti, kami pasti akan berusaha memenuhi kewajiban pembayaran THR sesuai dengan
              ketentuan yang sudah ditetapkan pemerintah. Tetapi tidak menutup kemungkinan apabila ada
              yang masih tidak mampu, kita mendorong dilakukannya sosial dialog antara pengusaha dengan
              pekerja.  Saya  rasa,  pekerja  di  perusahaan  pasti  lebih  memahami  kondisi  perusahaannya
              daripada serikat pekerja yang ada di tingkat nasional. Mereka (pekerja) kan juga tahu kalau saat
              ini kapasitas produksi juga belum penuh," kata Firman Bakrie kepada Beritasatu.com, Selasa
              (13/4/2021).

              Firman  mengungkapkan,  sebetulnya  perlu  ada  legalitas terhadap  fleksibilitas pemberian  THR
              bagi perusahaan yang tidak mampu. Hal ini penting untuk bisa menjamin kelangsungan usaha
              perusahaan, terutama yang melakukan kegiatan ekspor dan kondisi keuangannya belum terlalu
              kuat.  Sebab  apabila  regulasinya  terlalu  ketat  dan  perusahaan  tidak  mampu,  peluang  pasar
              Indonesia bisa hilang.

              "Ada beberapa perusahaan yang membutuhkan legalitas. Ketika mereka tidak mampu, mereka
              itu  butuh  legalitas  karena  diaudit  oleh  buyernya,  misalkan  untuk  perusahaan  alas  kaki  yang
              melakukan ekspor. Standar dari buyer itu kan selain kualitas produk, dia juga melihat apakah
              perusahaan ini comply dengan peraturan pemerintah. Kalau kemudian aturan pemerintahnya
              tidak fleksibel dan dia tidak bisa memenuhi, buyer bisa berfikir ulang apakah akan order lagi ke
              perusahaan tersebut atau tidak. Ini krusial untuk beberapa perusahan kita, termasuk UMKM yang
              juga melakukan kegiatan ekspor," kata Firman.

              Sebelumnya,  Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah  mengatakan  telah  menerbitkan  Surat
              Edaran (SE) Nomor M/6/HK.04/IV/2021 tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya
              Keagamaan Tahun 2021 bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan. SE Pelaksanaan THR ini ditujukan
              kepada  para  Gubernur  di  seluruh  Indonesia.  Menaker  Ida  meminta  THR  dibayar  penuh  dan
              dilakukan paling lama 7 hari sebelum hari raya keagamaan.

              Selanjutnya, dalam SE juga dijelaskan bagi perusahaan yang masih terdampak pandemi Covid-
              19 dan berakibat tidak mampu memberikan THR Keagamaan tahun 2021 sesuai waktu yang
              ditentukan  dalam  peraturan  perundang-undangan,  Menaker  Ida  meminta  Gubernur  dan
              Bupati/Wali  kota  agar  memberikan  solusi  dengan  mewajibkan  pengusaha  melakukan  dialog
              dengan pekerja/buruh untuk mencapai kesepakatan yang dilaksanakan secara kekeluargaan dan
              dengan itikad baik.

              "Kesepakatan tersebut dibuat secara tertulis dan memuat waktu pembayaran THR Keagamaan
              dengan  syarat  paling  lambat  dibayar  sampai  sebelum  Hari  Raya  Keagamaan  tahun  2021
              pekerja/buruh yang bersangkutan," ungkapnya.

              Menaker  Ida  menambahkan,  kesepakatan  mengenai  waktu  pembayaran  THR  keagamaan
              tersebut harus dipastikan tidak sampai menghilangkan kewajiban pengusaha untuk membayar
              THR keagamaan tahun 2021 kepada pekerja/buruh dengan besaran sesuai ketentuan peraturan
              perundang-undangan. Sumber: BeritaSatu.com.

                                                           260
   256   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266