Page 124 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 JULI 2020
P. 124

Hal  ini  menghilangkan  acuan  untuk  upah  minimum  di  tingkat  kota  dan  sektoral  dan  hanya
              mengacu  pada  upah  minimum  provinsi.  Tingkat  upah  minimum  akan  didasarkan  pada
              pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi, bukan berdasarkan pada bukti biaya hidup.

              "Pengaturan upah akan menjadi hak prerogatif gubernur provinsi yang bertentangan dengan
              ILO  Konvensi  No.131  tentang  Penetapan  Upah  Minimum,  yang  mensyaratkan  tripartit
              mekanisme pengaturan upah minimum," terang Burrow.

              Di sisi lain, sanksi terhadap pengusaha yang tidak mematuhi upah minimum juga akan melemah
              secara signifikan. Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 yang berlaku saat ini
              menetapkan hukuman hingga 4 tahun penjara dan atau hukuman penjara pembayaran denda
              400 juta rupiah.

              Sementara,  omnibus law  akan menghapus hukuman serta penalti untuk pembayaran terlambat
              yang tidak dapat dibenarkan.

              "Apalagi mikro usaha kecil dan menengah, yang merupakan mayoritas bisnis di Indonesia, dapat
              dibebaskan dari kewajiban membayar minimum pekerja upah," ucap Sharan.

              Kedua  , dihapusnya ketentuan penting terkait dengan pembayaran pesangon. Hal ini menurut
              ITUC akan memberi ruang perekrutan dan pemecatan pekerja untuk pengusaha sementara di
              saat  yang  sama  merampas  pekerja  dari  tunjangan  mereka.  Pekerja  kontrak  jangka  tetap,
              misalnya, akan mendapatkan manfaat lebih lama dari pembayaran pesangon.

              "Kategori  lain  dari  pekerja  yang  kehilangan  uang  pesangon  mereka  termasuk  pekerja
              diberhentikan  sebagai  bagian  dari  prosedur  penghematan  atau  pekerja  yang  diberhentikan
              untuk sakit yang berkepanjangan dan kecelakaan kerja," terang Burrow.

              Ketiga  , penggunaan berlebihan kontrak sementara atau outsourcing untuk pekerjaan yang
              bersifat  permanen.  "Secara  mendadak,  undang-undang  tidak  mengizinkan  pengusaha  untuk
              mempekerjakan pekerja kontrak termporer selama lebih dari dua tahun untuk pekerjaan yang
              sifatnya permanen," jelasnya.

              Keempat    ,  hilangnya  batasan  bagi  pengusaha  untuk  dapat  melakukan  outsourcing  semua
              kegiatan mereka ke sektor kerja yang tidak aman seperti pekerja per jam dan lain-lain.
              "Akibatnya,  banyak  pekerja  mungkin  tidak  dilindungi  oleh  asuransi  kesehatan  dan  skema
              pensiun dengan majikan mereka dibebaskan," ujarnya.

              Kelima  , tidak terjaminnya risiko terhadap kesehatan dan keselamatan.

              "Jumlah jam maksimum lembur yang diizinkan telah meningkat, yang dapat menyebabkan risiko
              kesehatan  dan  keselamatan  yang  signifikan,"  imbuhnya    "Persyaratan  untuk  berkonsultasi
              dengan  untuk  meminimalkan  kehilangan  pekerjaan  dan  mengambil  langkah-langkah  untuk
              mengurangi dampak buruk dari pengakhiran jika terjadi restrukturisasi telah dihapus," tandas
              Burrow.

              (hrf/sfr).











                                                           123
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129