Page 43 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 APRIL 2019
P. 43
Malaysia dan berharap proses penyelidikan atas putusan itu, mengutip Jaksa Agung
Malaysia, bisa segera membuahkan hasil.
"Kemlu dan KJRI Penang akan terus mengawal proses hukum kasus ini guna
memastikan Adelina mendapatkan keadilan."
Direktur Eksekutif Migrant Care, Wahyu Susilo, menilai putusan pengadilan Malaysia
itu mencederai rasa keadilan.
"Saya kira keputusan itu sangat tidak adil ya. Menjauhkan Adelina dan keluarganya,
juga tentu buruh migran Indonesia, dari akses keadilan."
"Dan saya kira memang preseden seperti ini sering terjadi sehingga membutuhkan
stamina yang kuat bagi para pencari keadilan, buat buruh migran untuk terus-
menerus memperjuangkan itu," ujarnya kepada ABC (22/4).
Menurut wahyu, publik Indonesia selama ini terlena pada aspek lain dari kasus
Adelina. "Kejadian Adelina sudah dipulangkan, sudah dimakamkan, banyak orang
prihatin, tetapi kan proses hukum itu masih jalan," kata Wahyu.
Selama ini, banyak buruh migran yang menjadi korban tewas majikan dipulangkan.
Di sisi lain, mereka belum menjalani proses otopsi maupun visum.
Prosedur itu, kata Wahyu, sebenarnya bisa memperkuat argumentasi untuk menjerat
sang pelaku.
"Pelajarannya adalah kalau ada korban, penganiayaan atau apapun, harus dirawat
sampai sembuh misalnya kalau masih bisa diselamatkan."
"Kalau meninggal, itu juga harus segera dimintakan visum yang akurat," kata Wahyu.
Sebanyak 120 TKI diperkirakan telah tewas di Malaysia sejak 2016. Sebagian besar,
termasuk Adelina, adalah korban perdagangan manusia.
Migrant care mencatat, ada 62 TKI dari NTT yang terbunuh di Malaysia pada 2017
saja. Malangnya, hanya satu yang ditemukan bekerja secara legal di negara tetangga
itu. Sementara sisanya adalah korban perdagangan.
Kasus Adelina Lisao mencuat Februari tahun lalu setelah tetangga sang majikan
merasa iba melihat kondisi Adelina yang tidur setiap hari di sebelah anjing peliharaan.
Page 42 of 96.