Page 236 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 AGUSTUS 2021
P. 236

Ringkasan

              Presiden  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  Said  Iqbal  mengungkapkan  beberapa
              faktor yang menyebabkan buruh atau pekerja mengalami pemotongan dan pengurangan gaji
              selama pandemi COVID-19. Menurutnya, ada dua kondisi yang dialami buruh di lapangan.



              BURUH BEBERKAN MODUS PERUSAHAAN RUMAHKAN PEKERJA SAAT PANDEMI

              Presiden  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  Said  Iqbal  mengungkapkan  beberapa
              faktor yang menyebabkan buruh atau pekerja mengalami pemotongan dan pengurangan gaji
              selama pandemi COVID-19. Menurutnya, ada dua kondisi yang dialami buruh di lapangan.

              "Pengurangan gaji itu diakibatkan dua hal, satu buruh yang dirumahkan. Dia tidak bekerja maka
              perusahaan melakukan pemotongan gaji," kata Said Iqbal dalam konferensi pers, dikutip Rabu
              (25/8/2021).

              Dia  mengatakan,  besaran  pemotongan  gaji  bervariasi  tergantung  perusahaan.  Seperti  yang
              dialami pekerja di sektor retail atau toko yang mengalami penutupan sementara.

              "Nilainya variasi tergantung perusahaan, ada yang dipotong 25% bahkan di sektor retail, toko-
              toko dan kawan-kawan yang di mal itu pada tutup. Dia disuruh dirumahkan tanpa digaji. Di
              logistik,  transportasi,  itu  sopir-sopir  yang  dirumahkan  tidak  bekerja  tanpa  gaji.  Di  industri
              garment, tekstil, sepatu yang upahnya harian tadi dirumahkan tanpa gaji," ujarnya.

              Said  mengatakan,  pegawai  dan  pengusaha  menghadapi  dilema.  Jika  harus  melakukan
              pemecatan, pengusaha tak memiliki uang untuk membayar pesangon hingga akhirnya memilih
              untuk dirumahkan. Akan tetapi beberapa buruh yang dirumahkan pun dipotong upahnya atau
              tidak mendapatkan upah sama sekali.

              "Karena kalau dia memecat buruh itu dia kan bayar pesangon. Perusahaan nggak punya uang.
              Dia nggak dipecat, dirumahkan saja tapi nggak digaji. Baik perusahaan yang berupah harian,"
              tuturnya.

              Kondisi yang kedua, penurunan upah terjadi karena perusahaan beralasan memberlakukan work
              from home (WFH) 50%. Dia mengatakan, yang terjadi di lapangan pun berbeda-beda, antara
              pengurangan gaji atau tunjangan.

              "Penurunan upah yang kedua terjadi karena perusahaan dengan alasan memberlakukan WFH
              50% maka dia potong upahnya di tunjangan. Jadi ada dua kategori, ada yang hanya memotong
              tunjangannya  tapi  gaji  pokoknya  tetap  dibayar,  kategori  kedua  tunjangannya  dipotong,  gaji
              pokoknya juga dipotong setengah," ungkapnya.

              "Sebenarnya nggak boleh. Maka yang benar adalah tidak boleh ada pemotongan upah akibat
              WFH atau karena dirumahkan. Bisa saja upah dipotong 50% atau 25% tapi kalau perusahaan
              normal kembali itu dianggap berhutang. Ketika sudah beroperasi kembali dan mendapat untung
              itu dibayar, itu harusnya diatur," sambungnya.









                                                           235
   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241