Page 278 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 DESEMBER 2021
P. 278

Ringkasan

              Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker)  menyampaikan,  dengan  keputusan  Mahkamah
              Konstitusi  (MK)  yang  tetap  memberlakukan  Undang-Undang  (UU)  Cipta  Kerja,  maka  seluruh
              materi  dan  substansi  serta  aturan  sepenuhnya  tetap  berlaku  termasuk  pengaturan  tentang
              pengupahan.



              KEMENAKER: ATURAN KEBIJAKAN PENGUPAHAN MENGIKUTI UU CIPTA KERJA
              Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker)  menyampaikan,  dengan  keputusan  Mahkamah
              Konstitusi  (MK)  yang  tetap  memberlakukan  Undang-Undang  (UU)  Cipta  Kerja,  maka  seluruh
              materi  dan  substansi  serta  aturan  sepenuhnya  tetap  berlaku  termasuk  pengaturan  tentang
              pengupahan.
              “Sebagaimana yang telah disampaikan Bapak Presiden beberapa waktu yang lalu, seluruh materi
              dan substansi serta aturan sepenuhnya tetap berlaku tanpa ada satu pasal pun yang dibatalkan
              oleh MK.

              Atas dasar itu, berbagai peraturan pelaksana UU Cipta Kerja yang telah ada saat ini, termasuk
              pengaturan  tentang  pengupahan  masih  tetap  berlaku,”  kata  Menteri  Ketenagakerjaan  Ida
              Fauziah dalam keterangannya, Jumat (3/12). Ida menjelaskan, peraturan pelaksanaan klaster
              ketenagakerjaan yang menjadi mandat UU Cipta Kerja telah selesai dan diterbitkan sebelum
              putusan MK diumumkan. Alhasil, proses pengambilan kebijakan ketenagakerjaan saat ini harus
              tunduk pada aturan tersebut, tidak terkecuali mengenai pengupahan.

              “Oleh karenanya, saya kembali meminta kepada semua pihak khususnya para Kepala Daerah
              untuk  mengikuti  ketentuan  pengupahan  sebagaimana  diatur  dalam  PP  36/2021.  Saya  juga
              mengingatkan bahwa dalam PP tersebut tidak hanya mengatur tentang UM saja, tetapi juga
              terkandung  aturan  struktur  dan  skala  upah  yang  harus  diimplementasikan  oleh  pengusaha,”
              tuturnya.

              Ida memaparkan lebih jauh, terkait dengan UM sendiri merupakan instrumen jaring pengaman
              bagi pekerja atau buruh yang tidak boleh dibayarkan upah/gajinya dibawah nilai UM yang berlaku
              pada satu wilayah. UM juga hanya berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja maksimal 12
              bulan. “Dalam pelaksanannya, UM tingkat provinsi atau UMP ditetapkan oleh Gubernur setiap
              tahunnya,” imbuhnya.

              Gubernur juga dapat menetapkan upah minimum kabupaten/ kota (UMK) dengan catatan rata-
              rata pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota dalam 3 tahun terakhir, lebih tinggi dari rata-rata
              pertumbuhan  ekonomi  provinsi,  atau  nilai  pertumbuhan  ekonomi  dikurangi  inflasi  kabupaten
              atau kota yang bersangkutan selama 3 tahun terakhir selalu positif dan lebih tinggi dari provinsi.

              Selanjutnya,  dalam  penetapan  UMK,  Gubernur  dapat  meminta  pertimbangan  Dewan
              Pengupahan Provinsi. UMK tersebut ditetapkan setelah UMP ditetapkan dan harus lebih tinggi
              dari UMP. Jika syarat tidak terpenuhi, maka Gubernur tidak dapat menetapkan UMK.

              “Formula UMP dan UMK pada PP 36/2021 ditujukan agar kesenjangan upah minimum antar
              wilayah, baik antar Provinsi maupun antar Kabupaten/Kota tidak semakin melebar. Kita optimis
              dengan mengatasi jurang kesenjangan ini, daya saing akan terungkit, iklim investasi dan dunia
              usaha kian bergairah yang berdampak pada penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.

              Ujungnya, tentu kembali pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,” katanya. Terakhir, Ida
              menegaskan, bahwa mediator hubungan industrial dan pengawas ketenagakerjaan berkomitmen

                                                           277
   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283