Page 104 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2021
P. 104

DORONG INKLUSIVITAS, MENAKER TERIMA PENGHARGAAN DARI USAID

              Menteri  Tenaga  Kerja  Ida  Fauziyah  mendapat  penghargaan  dari  USAID diberikan oleh  Wakil
              Dubes  AS  untuk  Indonesia,  Michael  F.  Kleine.  Penghargaan  diberikan  atas  berbagai  upaya
              Kementerian Ketanagakerjaan dalam mewujudkan inklusivitas ketenagakerjaan.

              Penghargaan  ini  juga  terkait  komitmen  Kemnaker  dan  kolaborasi  dengan  USAID  dalam
              mendorong  ketenagakerjaan  dan  kewirausahaan  inklusif,  terutama  untuk  tenaga  kerja
              perempuan dan disabilitas.

              Penghargaan  itu  diterima  Ida  saat  mengikuti  'Konferensi  Inklusivitas,  Sebuah  Inisiatif
              Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan yang Inklusif Mendorong Inklusivitas dan Pengembangan
              Jejaring  Kerja  Sama  dengan  Dunia  Usaha  dalam  Upaya  Reformasi  BLK'  yang  digelar  secara
              virtual, Rabu (6/10).

              Dalam konferensi virtual itu, Ida juga menjadi keynote speaker. Ida mengatakan, Kemnaker
              sendiri  terus  berupaya  mewujudkan  inklusivitas  ketenagakerjaan  dan  kewirausahaan  di
              Indonesia, khususnya terkait kesetaraan bagi kaum perempuan dan penyandang disabilitas di
              dunia kerja.

              Dalam  upayanya  tersebut,  pemerintah  menggandeng  berbagai  pihak  untuk  menciptakan
              ekosistem ketenagakerjaan dan kewirausahaan yang inklusif.

              "Untuk  itu,  pemerintah  menggandeng  seluruh  potensi  yang  ada,  baik  pengusaha,  BUMN,
              perguruan tinggi, maupun kelompok masyarakat atau civil society organization. Termasuk kerja
              sama dengan Pemerintah Amerika Serikat melalui USAID-Mitra Kunci ini," kata Ida.

              Menaker mengatakan, untuk mewujudkan ketenagakerjaan yang inflkusif di Indonesia, pihaknya
              terus  memperkuat  dan  mendorong  implementasi  nilai-nilai  inklusifitas  dari  hulu  hingga  hilir
              ketenagakerjaan.

              Dari hulu, upaya yang dilakukan adalah memberikan akses seluas-luasnya bagi kelompok rentan.
              Misalnya pemuda miskin, perempuan, dan penyandang disabilitas, untuk mendapatkan pelatihan
              skill, meningkatkan skill (up-skilling), ataupun alih keterampilan (re-skilling).

              "Karena  dengan  penguasaan  skill  dan  kompetensi  yang  tepat,  setiap  individu  akan  memiliki
              kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, atau berwirausaha," katanya.

              Ia menambahkan, dalam rangka memperluas akses masyarakat untuk mengikuti pelatihan di
              BLK  maupun  LPK,  serta  dalam  rangka  mempraktikkan  nilai  inklusivitas,  pemerintah  telah
              menghapus pembatasan usia maupun latar belakang pendidikan.

              Dengan begitu, siapapun berhak mengakses pelatihan di BLK, tanpa ada batasan usia dan syarat
              pendidikan formal. Begitupun bagi perempuan dan penyandang disabilitas juga memiliki akses
              yang sama.

              "Semua langkah ini adalah bagian dari transformasi BLK yang merupakan salah satu program
              prioritas kami, untuk mencetak SDM yang kompeten dan berdaya saing, serta sesuai dengan
              kebutuhan pasar kerja melalui pelatihan vokasi," kata Menaker.

              Pada sisi hilir, lanjut Menaker Ida, upaya yang dilakukan yaitu mewujudkan pasar kerja yang
              inklusif.  Upaya  ini  dilakukan  dengan  memperkuat  partisipasi  tenaga  kerja  perempuan  dan
              disabilitas dalam dunia usaha dan industri (DUDI) dan kewirausahaan.





                                                           103
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109