Page 53 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 SEPTEMBER 2021
P. 53

Mufida  dalam  keterangan  tertulis  di  Jakarta,  Jumat,  meminta  layanan  pusat  pengaduan  ini
              bersifat  terpusat  dan  responsif.  Ia  menyebut  Kemenaker  memang  telah  memiliki  kanal
              pengaduan via website, telepon dan WhatsApp.

              Meski begitu, Mufida meminta sifat responsif atas aduan dan batas waktu penyelesaian aduan
              juga menjadi standar layanan pengaduan.

              Dikutip dari Antaranews.com, Menurut dia, pihaknya mendapat banyak laporan terkait persoalan
              penyaluran BSU tahap III oleh pekerja.

              Ia  mengungkapkan  bahwa  persoalan  yang  didapatkan  terkait  kendala  belum  cairnya  BSU
              padahal sudah terdaftar, jumlah yang masuk ke rekening masih 0, persoalan rekening bersama
              hingga pertanyaan soal asas keadilan bagi penerima BSU.

              "Aduannya banyak sekali, saya kita aduan ini juga sudah sampai di Kemenaker. Sebab itu, perlu
              ada layanan aduan yang responsif dan memberikan solusi cepat dari banyaknya aduan soal BSU
              termin III ini," ujarnya.

              Mufida juga menyarankan Kemenaker membuat semacam Frequently Asked Questions (FAQ)
              dari banyaknya aduan yang masuk dan mensosialisasikan secara masif kepada pekerja penerima
              BSU.

              Ia  mengingatkan,  semangat  BSU  adalah  pemberian  bantuan  bagi  pekerja  agar  tetap  bisa
              menjalankan roda ekonomi keseharian.
              Kampanye manfaat BSU yang tengah dilakukan Kemenaker, masih menurut dia, seharusnya juga
              dirasakan mereka yang ternyata kesulitan dalam pencarian BSU.

              "Uang  Rp1  juta  benar-benar  amat  bermanfaat  bagi  pekerja  dengan  gaji  di  angka  Rp3,5
              juta/bulan.  Apalagi  sekarang  bersamaan  PTM  terbatas  dimulai,  banyak  pekerja  yang
              mengadukan butuh BSU untuk biaya sekolah anak-anak, termasuk untuk kebutuhan sehari-hari,"
              katanya.

              Sebagaimana  diwartakan,  Menteri  Ketenagakerjaan  (Menaker)  Ida  Fauziyah  menegaskan
              perubahan  pengaturan  pengupahan  harus  menjawab  tantangan  dinamika  globalisasi  dan
              transformasi teknologi yang berdampak pada perubahan pola hubungan kerja.

              "Perubahan  pengaturan bidang pengupahan  harus  menjawab  tantangan  dinamika  globalisasi
              dan transformasi teknologi serta informasi yang berdampak pada perubahan tatanan sosial dan
              ekonomi termasuk pola hubungan kerja, " ujar Menaker dalam keterangan resmi yang diterima
              di Jakarta pada Rabu (22/9).

              Selain itu, Ida mengatakan ketika memimpin sidang pleno sosialisasi persiapan penetapan Upah
              Minimum (UM) tahun 2022 pada 22 September 2021, bahwa latar belakang penetapan upah
              pada  prinsipnya  untuk  mewujudkan  sistem  pengupahan  berkeadilan  dalam  konteks  untuk
              mencapai  kesejahteraan  pekerja  sambil  tetap  memperhatikan  kemampuan  perusahaan  dan
              kondisi perekonomian nasional.

              Sosialisasi  itu  sendiri  dimaksudkan  agar  setiap  anggota  Lembaga  Kerja  Sama  (LKS)  Tripartit
              Nasional  (Tripnas)  dapat  terinformasi  mengenai  perubahan  formula  penetapan  UM  sesuai
              Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2021.***






                                                           52
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58