Page 70 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 JULI 2019
P. 70
para dosen dikirim ke luar negeri seperti Swiss, Kanada, dan Jerman untuk belajar
dan meraih sertifikat kompetensi bertaraf internasional.
Akan tetapi, Nasir menuturkan, kebijakan tersebut tidak berjalan mulus karena
terkendala kesiapan dosen. Dalam hal ini, dosen yang dapat dikirim ke luar negeri
hanya yang memiliki kemampuan bahasa Inggris terbaik. Tetapi, kenyataan masih
banyak dosen yang belum memenuhi persyaratan tersebut, sehingga jumlah yang
mendaftar sangat minim, jauh dari target pemerintah.
"Kalau yang internasional, bujet akan kita keluarkan, bahkan tahun lalu saya
menganggarkan sampai 2.000 orang, ternyata yang daftar hanya 300-400. Ternyata
tidak mudah mencari orang. Dosen kita banyak, tapi ternyata tidak mudah mencari
yang siap mengikuti program ini,"ujar Nasir.
Oleh karena itu, kata Nasir, untuk meraih sertifikat kompetensi, selain program
mengirim dosen belajar di beberapa negara dengan vokasi terbaik, pihaknya juga
memiliki skema pelatihan untuk dosen vokasi dalam negeri. Dalam hal ini,
Kemristekdikti mengundang instruktur dari luar negeri untuk mendampingi para
dosen vokasi selama menjalani pelatihan yang diselenggarakan di politeknik.
Sementara itu, untuk program sertifikas kompetensi untuk mahasiswa, menurut dia,
sudah berjalan sejak 2017. Ada pun skemanya, para mahasiswa vokasi menjalani
program perkuliahan 2 plus 2 yakni 2 tahun di Indonesia dan 2 tahun diluar negeri.
Dengan begitu, ketika mereka lolos akan mendapatkan sertifikat kompetensi.
Mantan rektor Universitas Diponegoro (Undip) ini juga menyoroti banyak tenaga
kerja di Indonesia yang belum memiliki sertifikasi, padahal dalam profesinya, ada
hal yang perlu dipastikan, seperti keamanan kerja dan pelayanan kepada
pelanggan. Salah satu pekerja yang belum banyak memiliki sertifikasi kompetensi
adalah pekerja di bidang pariwisata.
"Untuk pariwisata, saya datang ke Labuan Bajo. Di Labuan Bajo itu spot untuk
pariwisata bagus sekali. Pada saat saya datang ke lokasi itu pada 2017, nakhoda
kapalnya saya tanya, "Bapak punya sertifikat menjadi nakhoda?" (Nakhoda tersebut
menjawab)," Saya hanya turunan dari bapak saya." Wah, ini bahaya juga. Kalau
tenggelam, bagaimana. Ini tidak boleh, saya waktu itu berpikir seperti itu," ujarnya.
Oleh karena itu, Nasir menuturkan, sangat diperlukan adanya pendidikan vokasi
yang dekat dengan industri, banyak potensi daerah yang bisa diangkat dan menjadi
unggulan, apabila para pekerjanya memiliki sertifikasi profesi dan bekerja sesuai
standar profesional.
Sementara itu, mewakili pihak industri, Managing Director Sinar Mas, G Sulistiyanto
mengatakan, berkumpulnya berbagai pihak dalam seminar fokus vokasi ini untuk
menjawab ajakan pemerintah kepada sektor industri agar meningkatkan kualitas
sumber daya manusia melalui pendidikan vokasi.
Page 69 of 74.