Page 389 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 AGUSTUS 2020
P. 389

BINTAN LAGOON RESORT BAKAL TUTUP AKIBAT RUGI, 500 KARYAWAN TERANCAM
              PHK
              Jakarta -  Bintan Lagoon Resort (BLR), resor terpadu terbesar yang terletak di Kabupaten Bintan,
              Provinsi Kepri, berencana menutup operasional perusahaan karena mengalami kerugian selama
              dua tahun terakhir akibat sepi pengunjung.

              Rencana  penutupan  tersebut  sudah  disampaikan  secara  tertulis  ke  Dinas  Tenaga  Kerja
              (Disnaker) Kabupaten Bintan per 31 Juli 2020.

              "Betul, suratnya sudah kami terima dan langsung ditindaklanjuti," kata Kepala Dinas Tenaga
              Kerja (Disnaker) Bintan, Indra Hidayat dikutip dari Antara, Kamis (6/8/2020).

              Pihaknya sudah menurunkan tim dari Disnker Bintan dan Pengawas Ketenagakerjaan (Wasker)
              Pemprov Kepri untuk berkonsolidasi dengan pihak BLR terkait rencana penutupan tersebut.
              "Kami turut memberikan pengarahan dan pembinaan terkait hal-hal yang perlu dipenuhi BLR
              untuk menutup usaha mereka," imbuhnya.

              Dia katakan, penutupan BLR pun akan menyebabkan sekitar 500 karyawan terkena dampak PHK
              massal.

              "Ada 500 karyawan terancam di-PHK, karena kondisi perusahaan terpuruk," tutur Indra.
              Lebih  lanjut,  Indra  menegaskan  bakal  mengawal  proses  PHK  karyawan  BLR,  terutama
              menyangkut  hak-hak  pekerja  yang  harus  dipenuhi  perusahaan  sesuai  Undang-Undang
              Ketenagakerjaan yang berlaku.

              "Misalnya, menyangkut uang pesangon karyawan," imbuhnya.

              Sementara,  Pengurus  Cabang  Federasi  Serikat  Pekerja  Pariwisata  Bintan,  Mansur,  mengaku
              sebanyak 500 karyawan BLR sudah menerima pengumuman PHK dari manajemen perusahaan.

              Mansur menuntut pihak perusahaan dapat membayar uang pesangon kepada para karyawan
              sesuai dengan masa kerja mereka. Termasuk beberapa komponen di dalamnya, seperti uang
              jasa, uang perumahan, dan uang kesehatan.
              "Kami pun meminta Disnaker mengaudit, apakah BLR betul-betul alami kerugian atau tidak,"
              demikian Mansur.

              Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) pada 27 Mei 2020 lalu mencatat jumlah pekerja yang
              terkena akso pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan akibat pandemi virus corona
              (Covid-19) mencapai sekitar 1,7 juta orang.

              Menteri  Ketenagakerjaan  (Menaker)  Ida  Fauziyah  mengatakan,  saat  ini  jumlah  pekerja  yang
              terkena  PHK  dan  dirumahkan  belum  banyak  berubah.  Ini  lantaran  belum  adanya  laporan
              perusahaan terkait update tersebut kepada pihak Disnaker di daerah.

              "Sebenarnya naik turunnya jumlah PHK ini kecil karena banyak pekerja sudah kerja kembali
              dirumahkan. Lalu PHK juga kan prosedur panjang, kebanyakan mereka dirumahkan angka PHK
              kecil. Kalau ada PHK ditemukan, banyak sekali perusahaan tidak laporkan ke kita," ujar dia saat
              berkunjung ke Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Selasa (7/7/2020).

              Selain itu, Ida menyampaikan, beberapa perusahaan yang melakukan PHK kerap menyelesaikan
              kasus tersebut secara internal dan tidak terdata oleh Kemnaker, seperti yang dilakukan Grab,
              Gojek dan Lion Air.


                                                           388
   384   385   386   387   388   389   390   391   392   393   394