Page 141 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 05 AGUSTUS 2019
P. 141
Dia mengatakan bahwa korban tindak pidana perdagangan orang biasanya enggan
melapor karena merasa malu, takut, dan tidak yakin dengan nasibnya sendiri
setelah melapor.
Oleh karena itu, kata dia, tindak pidana perdagangan orang selama ini bagaikan
fenomena gunung es yang hanya terlihat kecil di permukaan padahal banyak yang
tidak terungkap.
"Padahal dengan melapor, korban bisa mendapatkan bantuan dan rehabilitasi sosial.
Kasusnya sendiri juga akan diproses secara hukum dan korban bisa mendapatkan
restitusi atau ganti rugi dari pelaku," kata dia.
Menurut Destri, tindak pidana perdagangan orang bisa terjadi pada siapa saja dan di
mana saja.
Ia menyebut bahwa korban kasus itu tidak hanya dari perdesaan, tetapi juga dari
perkotaan.
"Perdagangan orang bisa saja terjadi pada buruh-buruh perempuan yang tidak
diberikan upahnya sesuai ketentuan, dieksploitasi tenaganya secara ekonomi,
bahkan dieksploitasi secara seksual," kata dia.
Oleh karena itu, dalam rangka Hari Antiperdagangan Orang Sedunia yang
diperingati pada 30 Juli setiap tahun, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak mengadakan Kampanye Publik Antiperdagangan Orang bekerja
sama dengan International Organization for Migration (IOM).
Kegiatan itu dibuka pada Jumat di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat hingga
Minggu (4/8) pada Hari Bebas Kendaraan di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
Pewarta: Dewanto Samodro Editor: M. Hari Atmoko COPYRIGHT (c)2019 .
Page 140 of 151.