Page 43 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 JULI 2020
P. 43
CURHAT PEDAGANG KETUPAT SAYUR KEPADA KETUA MPR, SUSAH MENDAPAT
PEKERJAAN SESUAI ILMU DI SEKOLAH
, JAKARTA - Matahari belum lama memancarkan sinarnya. Sejumlah pedagang kaki lima sudah
mulai menggelar dagangan guna menjemput rezeki di pagi hari. Mulai dari tukang ketupat sayur,
bubur ayam, ketoprak, mie ayam hingga pedagang minuman berjejer di sepanjang Jalan
Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat.
Sabtu pagi (25/7/21), Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyempatkan diri berolahraga di
seputaran Menteng. Sembari beristirahat Bamsoet memilih memesan ketupat sayur untuk
sarapan.
"Sudah berapa lama berjualan ketupat sayur?," tanya Bamsoet kepada Eka, sang penjualan
ketupat sayur.
Eka yang berusia 25 tahun asal Anyer, Banten ini mengaku sudah 13 tahun mengadu nasib di
Ibu kota. Ia biasa berjualan di kawasan Manggarai.
"Saat itu Eka berdagang di Jalan Proklamasi menggantikan bapaknya yang sedang pulang
kampung," kata Bamsoet seperti tayang dalam YouTube Bamsoet Channel.
Eka merupakan lulusan STM jurusan otomotif. Namun, kemampuan yang diperolehnya di
bangku STM ternyata tidak cukup untuk bersaing memperoleh pekerjaan di jalur formal. Tadinya
ia berharap bisa bekerja di bengkel otomotif usai lulus STM.
Memang, ia sempat bekerja beberapa waktu sebagai waiters pada sebuah tempat karaoke di
bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Gaji yang diperoleh sekitar Rp 2,7 juta. Hanya sayang
kontraknya tidak diperpanjang.
Berusaha mencoba melamar pekerjaan ke beberapa tempat, tidak berhasil. Eka pun kemudian
memilih bekerja mengikuti jejak bapaknya, berjualan ketupat sayur. Ia berjualan di Manggarai,
Jakarta Selatan. Ilmu yang diperoleh selama di STM tidak bisa diterapkan di dunia kerja.
"Memang realitas dunia kerja saat ini, masih banyak para pekerja yang bekerja tidak sesuai
dengan ilmu yang di dapat di bangku sekolah atau perguruan tinggi. Ini harus menjadi perhatian
pemerintah untuk mampu membuat kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
lapangan kerja," ujar Bamsoet.
Imbas pandemi Covid-19 sangat terasa pada masyarakat lapisan bawah yang bergelut disektor
informal. Selama awal pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan di Provinsi DKI
Jakarta, Eka tidak bisa berjualan. Ia menganggur selama 3 bulan.
Beruntung setelah new normal diterapkan, Eka sudah bisa berjualan kembali. Tetapi, tetap saja
pendapatan yang diperoleh jauh dari sebelum pandemi. Pendapatan kotor hasil berjualan dari
pagi hingga sore, hanya berkisar Rp 200 ribu.
Bamsoet mengakui pandemi Covid-19 memberi dampak serius bagi dunia kerja. Data
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat hingga akhir Mei 2020, tercatat sudah lebih dari 1,75
juta tenaga kerja formal dan informal yang terkena imbas Covid-19.
Bila dirinci, pekerja formal yang dirumahkan dan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK)
mencapai 1,43 juta. Pekerja yang di-PHK sebanyak 380.221 dan yang dirumahkan sebanyak
1.058.284 pekerja.
42

