Page 46 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 JULI 2020
P. 46

Ketua  MPR  RI  Bambang  Soesatyo  (Bamsoet)  menyempatkan  diri  berolahraga  di  seputaran
              Menteng pada Sabtu (25/7) pagi itu. Sembari beristirahat, Bamsoet memesan ketupat sayur
              untuk sarapan.

              Bamsoet pun berbincang-bincang dengan salah satu pedagang ketupat sayur, Eka (25) asal
              Anyer, Banten. Saat ditanya Bamsoet sudah berapa lama berjualan ketupat sayur, Eka mengaku
              sudah 13 tahun mengadu nasib di Jakarta.

              "Saat  itu  Eka  berdagang  di  Jalan  Proklamasi  menggantikan  bapaknya  yang  sedang  pulang
              kampung," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Minggu (26/7/2020).

              Eka  merupakan  lulusan  STM  jurusan  otomotif.  Namun  ilmu  yang  didapat  hasil  dari
              pendidikannya  tak  cukup  untuk  bersaing  memperoleh  pekerjaan  di  jalur  formal.  Padahal,
              awalnya Eka berharap dapat bekerja di bengkel otomotif usai lulus.

              Sebelum mengadu nasib dengan menjual ketupat sayur, Eka sempat bekerja sebagai waiters
              pada sebuah tempat karaoke di Kelapa Gading, Jakarta Utara dengan gaji Rp 2,7 juta. Namun
              kontraknya  tidak  diperpanjang.  Ia  juga  sempat  mencoba  melamar  pekerjaan  ke  beberapa
              tempat namun tak berhasil.

              Eka kemudian memilih mengikuti jejak bapaknya, yaitu berjualan ketupat sayur. Ia berjualan di
              Manggarai,  Jakarta  Selatan.  Ilmu  yang  diperolehnya  selama  di  STM  sama  sekali  tidak  bisa
              diterapkan di dunia kerja.

              "Memang realitas dunia kerja saat ini, masih banyak para pekerja yang bekerja tidak sesuai
              dengan ilmu yang di dapat di bangku sekolah atau perguruan tinggi. Ini harus menjadi perhatian
              pemerintah  untuk  mampu  membuat  kurikulum  pendidikan  yang  sesuai  dengan  kebutuhan
              lapangan kerja," kata Bamsoet.

              Imbas pandemi COVID-19 juga terasa pada Eka yang bergelut di sektor informal. Selama masa
              awal PSBB, Eka tidak bisa berjualan dan menganggur selama 3 bulan. Beruntung setelah new
              normal diterapkan, Eka bisa kembali berjualan dari pagi hingga sore dengan pendapatan kotor
              Rp 200 ribu per hari.

              Bamsoet  mengatakan  pandemi  COVID-19  memberi  dampak  serius  bagi  dunia  kerja.  Data
              Kementerian  Ketenagakerjaan  mencatat  hingga  akhir  Mei  2020,  sudah  lebih  dari  1,75  juta
              tenaga kerja formal dan informal yang terkena imbas COVID-19.

              Rinciannya adalah 1,43 juta pekerja formal dipulangkan dan mengalami pemutusan hubungan
              kerja (PHK). Pekerja yang di-PHK sebanyak 380.221 dan yang dirumahkan sebanyak 1.058.284.
              Perusahaan yang melakukan PHK dan merumahkan pekerjanya sebanyak 80.000 yang tersebar
              di seluruh Indonesia. Selain itu juga ada 318.959 pekerja sektor informal yang terdampak.

              "Bisa  jadi  jumlah  tersebut  lebih  dari  itu.  Bukan  tidak  mungkin  ada  perusahaan  yang  belum
              melaporkan ke Kemenaker ketika melakukan PHK atau merumahkan pekerjanya. Sangat penting
              bagi  pemerintah  untuk  segera  merealisasikan  janjinya  untuk  memberikan  santunan  serta
              pelatihan kepada para pekerja yang terdampak pandemi," pungkasnya.

              (akn/ega)  bamsoet  mpr  pekerjaan.









                                                           45
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51