Page 25 - Modul Sirkulasi Darah
P. 25
penggumpalan/aglutinasi sehingga menunjukkan perubahan terdapatnya
gumpalan-gumpalan kecil darah, sehingga terlihat berbintik-bintik secara
visual.
2) Penggolongan darah sistem Rhesus
Selain golongan darah ABO, perlu diperhatikan
juga golongan Rhesusnya atau faktor Rh. Nama
Rhesus ini ditemukan oleh Karl Landsteiner pada
1940. Dia menemukan faktor ini pada darah monyet
jenis Rhesus. Tidak jauh dari sistem ABO, golongan
darah Rhesus ini juga menggolongkan darah
seseorang berdasarkan adanya antigen tertentu dalam
darah. Antigen yang digunakan untuk menggolongkan
darah berdasarkan Rhesus disebut sebagai antigen D.
Sederhananya, jika seseorang memiliki antigen D
Gambar 12 Karl Landsteiner dalam darahnya, ia termasuk Rhesus positif (Rh+).
Sumber: www.aai.org Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki antigen D,
ia termasuk Rhesus negatif (Rh-).
Meski penggolongannya lebih sederhana, ternyata perbedaan Rhesus
tidak dapat diabaikan begitu saja. Orang dengan Rh- tidak bisa menerima
donor dari Rh+. Hal ini disebabkan karena darah Rh- cenderung akan
membuat antibodi terhadap antigen D, sehingga akan menolak adanya
antigen D di dalam darahnya. Orang dengan Rh- harus menerima darah dari
orang Rh- juga. Sayangnya, jumlah orang dengan Rh- di dunia ini sangat
sedikit, sehingga pasokan darahnya pun terbatas. Selain itu, golongan darah
Rhesus ini juga wajib diperhatikan bagi ibu hamil. Seorang ibu dengan Rh
jika mengandung anak dengan Rh+, kemungkinan darah sang ibu akan
membentuk antibodi akibat darah anaknya mengandung antigen D. Antibodi
ini dapat masuk ke dalam plasenta janin, sehingga akan menyebabkan reaksi
penggumpalan terhadap darah bayinya. Kelainan ini disebut sebagai
eritroblastosis fetalis. Perhatikan gambar 13 di bawah ini!
11