Page 1 - PERTEMUAN 3
P. 1
PERTEMUAN 3
Sekolah : SMAN 7 Kupang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik
Kelas : X
Materi Pokok : Manusia Makhluk Pribadi
Sub Materi : Kesetaraan laki-laki dan perempuan
Alokasi Waktu : 3x35 menit
Kompt. Dasar : Memahami diri yang memiliki kemampuan dan keterbatasan.
Tujuan :
1. Menjelaskan bentuk-bentuk pelanggaran terhadap martabat perempuan yang
sering terjadi dalam masyarakat kita.
2. Menjelaskan ajaran gereja tentang sifat saling melengkapi dalam relasi antara
laki-laki dan perempuan.
3. Menjelaskan ajaran Kitab Suci (Alkitab) tentang kesetaraan laki-laki dan
perempuan, Kitab kejadian 2: 18-23.
4. Menuliskan refleksi tentang kesetaran laki-laki dan perempuan.
5. Membuat doa syukur sebagai ungkapan syukur atas jati dirinya sebagai laki-laki
dan perempuan yang saling melengkapi dan sederajat.
Kegiatan:
Lagkah Pertama: Mendalami pandangan masyarakat tentang peranan dan
tugas perempuan.
1. Menyimak cerita kehidupan (peserta didik membaca cerita kesaksian
tersebut).
Adat mengondisikan Perempuan di bawah Pria
Adat menempatkan perempuan adalah ibu yang memberikan segala-galanya.
Sementara pria adalah kepala rumah tangga yang diidentikan dengan seorang
kepala perang, penguasa atas keluarga.
Direktris lembaga pengkajian dalam pemberdayaan perempuan dan anak-anak
(LP3A), Dra. Selfi Sanggenafa, jumat (31/1), mengatakan, adat tidak
mengajarkan kekerasan suami terhadap perempuan. Tetapi, kondisis yang di
bangun melalui sistem adat tradisional telah memosisikan perempuan di bawah
tekanan dan kekersan suami.
Sebagai perempuan yang hidup dalam sisitem adat masyarakat tertentu harus
pasrah, tabah, dan sabar atas setiap situasi didalam keluarga, termasuk menerima
semua bentuk kekerasan dan kekejaman suami terhadap istri dan anak-anak di
dlam keluarga. Sikap seperti ini dinilai adat sebagai sikap perempuan yang
beretikan, tau diri, menghormati adat, membawa rejeki, dan melahirkan keturunan
yang beruntung.
Sikap pasrah dan menerima ini masi mendominasi 90% perempuan, termasuk
mereka yang sudah berpendidikan tinggi. Walau perempuan itu seorang pejabat,
tetapi di rumah ia masi harus rela menerima perlakuan kasar suami dan
menghormati suami seperti perempuan tradisional lainnya.
Hampir semua perempuan dalam keluarga memiliki semacam perasaan” wajib”
menerima kekerasan dari suami dan keluarga suami. Sikap ini di turunkan dari
generasi ke generasi melalui sosialisasi ibu kepada putrinya.
Saat kecil ibu sudah mengajarkan bagaimana bersikap sopan terhadap saudara
laki-laki dan menjelang dewasa perempuan diberi pengertian mengenai sikap