Page 9 - E-book Laporan Flipbuilder_Kelompok D_TI C
P. 9
tanaman palawija yaitu jagung sebesar 1,23 μS/cm. Nilai daya hantar listrik pada
tanaman hutan yaitu sengon sebesar 0,33 μS/cm. Nilai daya hantar listrik pada
tanaman perkebunan yaitu tembakau sebesar 0,27 μS/cm dan pada tanaman kakao
sebesar 0,36 μS/cm. Daya hantar listrik yang paling rendah terdapat pada jenis
sampel tanah tanaman perkebunan tembakau sebesar 0,27 μS/cm sedangkan daya
hantar listrik paling tinggi terdapat pada jenis sampel tanah tanaman palawija
jagung sebesar 1,23 μS/cm.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari uji daya hantar listrik dengan
Electric Conductivity (EC) pada masing-masing sampel tanah. Sampel tanah yang
memiliki daya hantar listrik paling tinggi diantara sampel yang lainnya terdapat
pada tanah tanaman palawija yaitu tanaman jagung dan daya hantar listrik paling
rendah pada tanah tanaman perkebunan yaitu tanaman tembakau. Nilai daya hantar
yang dimiliki sebesar 1,23 μS/cm dan 0,27 μS/cm. Daya hantar listrik merupakan
kemampuan larutan dalam menghantarkan listrik. Nilai daya hantar listrik
menggambarkan keberadaan garam mineral yang ada didalamnya. Garam mineral
tersebut merupakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Daya hantar listrik
mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Nilai daya hantar pada
media tanam yang baik memiliki nilai yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah,
yang baik yaitu sesuai atau seimbang dengan yang dibutuhkan tanaman untuk
mendukung proses pertumbuhannya.
Sampel tanah masing-masing jenis tanaman dilarutan dengan pelarut H2O
untuk mengetahui daya hantar listrik larutan yang ada didalamnya dengan
ditunjukkan adanya ion-ion terurai yang bergerak ke elektroda sehingga dapat
menghantar listrik. Larutan sampel yang dapat menghantarkan listrik disebut
dengan larutan elektrolit. Tanah pada sampel yang diambil pada lapisan 30 cm dari
permukaan tanah menunjukkan semua sampel tanah dapat menghantarkan listrik
dengan nilai yang berbeda-beda, yaitu pada tanah tanaman hortikultura pepaya
sebesar 0,42 μS/cm, tanaman pangan jagung sebesar 0,49 μS/cm, tanaman palawija
jagung sebesar 1,23 μS/cm, tanaman hutan sengon sebesar 0,33 μS/cm,
5