Page 33 - Buku Digital (HAKI)_Neat
P. 33
Perjuangan Bung Tomo dalam Pertempuran Surabaya
Indonesia menggunakan strategi membentuk formasi pertahanan steling di sepanjang
rel kereta api, mulai dari sebelah barat sampai timur, kemudian di sepanjang jalan
diletakkan ranjau darat, semua strategi tersebut diterapkan guna memperlambat gerakan
pasukan Inggris.
Orasi-orasi yang disampaikan Bung Tomo melalui radio pemberontakan
sangatlah bermanfaat untuk menyebarkan informasi terkait kondisi saat pertempuran
terjadi. Hal ini yang kemudian mendapat respon dari beberapa rakyat di berbagai
daerah untuk mengirimkan bantuan, seperti bala bantuan yang datang dari daerah
Surakarta, yang mengirimkan sebanyak 60 pemuda dengan persenjataan lengkap
kemudian bala bantuan juga datang dari Bali dan Madura, yang mengirimkan kurang
lebih 40 pejuang. Para bala bantuan ini nanti yang datang ke Surabaya bertujuan untuk
ikut berjuang dalam pertempuran Surabaya. Kedatangan bala bantuan tersebut
dikarenakan setelah mereka mendengar orasi yang disampaikan oleh Bung Tomo.
Pada sore hari tanggal 13 November 1945, radio pemberontakan Bung Tomo
yang berada di Jalan Biliton No. 7 hangus terbakar. Peristiwa tersebut dikarenakan
terkena bom yang dilesatkan oleh pasukan Inggris menggunakan pesawat terbang RAF.
Beruntung pada saat itu Bung Tomo dapat melarikan dan menyelamatkan diri. Bung
Tomo menuduh ada oknum yang berkhianat untuk memberikan informasi kepada
Inggris mengenai keberadaannya. Peristiwa pengeboman markas radio pemberontakan
tersebut merupakan salah satu tujuan utama yang diincar oleh pasukan Inggris. Hal ini
dikarenakan radio pemberontakan mempunyai peranan yang sangat vital dalam
peristiwa pertempuran. Orasi-orasi yang disampaikan oleh Bung Tomo melalui radio
pemberontakan dapat membakar semangat berjuang rakyat Surabaya yang sering kali
membahayakan pihak Inggris.
Sampai dengan hari keenam yakni tanggal 15 November 1945, pertempuran
masih berlangsung dengan sengit di berbagai daerah Surabaya, seperti alun-alun
Tanjung, Kapasan, Gemblongan, dan Stasiun Semut. Hal ini dikarenakan pasukan
Indonesia banyak mendapatkan asupan bala bantuan dari beberapa ulama dan para
santrinya. Disamping itu juga bala bantuan datang dari berbagai daerah di luar Kota
Surabaya, seperti dari Malang, Mojokerto, Kediri, Jombang, Madiun, Ponorogo,
Magetan, Solo, dan Bali. Bantuan tidak hanya berupa tambahan pejuang saja, tetapi
juga bantuan logistik. Hal inilah yang sangat membantu jalannya pertempuran yang
sedang terjadi. Seluruh bala bantuan yang datang ke Surabaya, berkat adanya
informasi-informasi yang disampaikan oleh Bung Tomo melalui radio pemberontakan.
25
Buku Sejarah Indonesia Kelas XI