Page 31 - Buku Digital (Kasaran)
P. 31
Perjuangan Bung Tomo dalam Pertempuran Surabaya
pasukan polisi istimewa dibawah pimpinan Yasin yang berjumlah 140 orang untuk
mempertahankan daerah Sidotopo. Namun kekuatan pasukan Inggris lebih kuat, yang
kemudian dapat memukul mundur pasukan pejuang Indonesia, sehingga daerah
Sidotopo, Kenjeran, dan Ngaglik jatuh ke tangan Inggris.
Pada malam harinya tanggal 11 November 1945, Bung Tomo menyampaikan
pesan-pesan melalui radio pemberontakan untuk membakar semangat rakyat Surabaya
yang berjuang melawan penjajahan. Bung Tomo juga menjelaskan bahwasanya
kedatangan Inggris ke Indonesia bukan hanya ingin melucuti senjata bekas tentara
Jepang, melainkan ada misi tersembunyi yaitu mengembalikan kekuasaan Belanda di
Indonesia. Oleh karena itu, Bung Tomo memberikan penegasan kepada rakyat
Surabaya agar tidak mudah percaya ucapan manis para pasukan Inggris tersebut,
bahkan sebaliknya rakyat Surabaya harus bersatu untuk berjuang menghadapi
gempuran serangan pasukan Inggris.
Pasukan Inggris yang didukung oleh pasukan Gurkha dari India, akhirnya
berhasil menduduki dan menguasai daerah Sawah Pulo dan Semampir. Melihat kondisi
saat itu terkait dengan pertahanan pejuang Indonesia yang secara terus menerus
digempur tentara Inggris, akhirnya malam hari tanggal 12 November 1945, Bung Tomo
melakukan perundingan dengan beberapa para anggota TKR dan BPRI, seperti
Sungkono, Kosnarjo, Sukardi, dll. Perundingan tersebut secara garis besar membahas
mengenai usaha melakukan serangan umum. Serangan umum nantinya akan difokuskan
pada beberapa daerah, seperti Lapangan Udara Morokrembangan, Kantor Pos,
Lindeteves, Stasiun Kereta Api Semut, dan Stasiun Sidotopo. Serangan rencananya
akan dilakukan pada pagi hari pukul 05.00 tanggal 13 November 1945. Untuk
pembagian sasarannya sudah ditentukan sebelumnya, yang mana serangan umum
dimulai dari penyerangan ke lapangan terbang Morokrembangan ke barat. Disamping
itu juga, penyerangan dilakukan dari lapangan terbang Morokrembangan ke timur
hingga daerah Sidotopo.
BPRI yang dipimpin oleh Bung Tomo beserta laskar-laskar rakyat lainnya
berfokus menyerang bangunan-bangunan vital yang sudah dikuasai musuh, mulai dari
bangunan landasan terbang Morokrembangan sampai Kenjeran. Akhirnya pada tanggal
13 November 1945 pertempuran selanjutnya terjadi di berbagai daerah, seperti di
sekitar Masjid Kemayoran, sepanjang rel kereta api Viaduct, Lindeteves, Semut, dan
Sidotopo. Jumlah pejuang Indonesia yang bertempur di daerah tersebut yaitu sekitar
300-400 pejuang. Kekuatan ini terdiri dari berbagai badan perjuangan. Pejuang
24
Buku Sejarah Indonesia Kelas XI