Page 6 - BULETIN 1196
P. 6

BULETIN            Parlementaria



            Komisi I Usul
    KOMISI I • DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA  Pendekatan





            Kesejahteraan


            Nelayan untuk Atasi



            Konflik Natuna








                      nggota Komisi I DPR   dukungan pemerintah terhadap
                      RI Al Muzammil Yusuf   nelayan lokal dan justru
                      mengusulkan strategi   menghadirkan kelompok
            A pendekatan industri           nelayan dari daerah lain. Ia
            yang mengutamakan kesejahteraan   melihat konflik seperti ini bisa
            nelayan dan tidak hanya terfokus pada   terhindari jika pemerintah
            pendekatan militer dalam mengatasi   dapat mengimbangi dengan
            konflik di wilayah perbatasan zona   memberikan dukungan kepada
            ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.   nelayan lokal dan penyediaan   Anggota Komisi I DPR RI Al Muzammil Yusuf.
            Ia berpendapat kehadiran nelayan di   logistik yang memadai, sehingga akan   Foto: Tasya/nvl
            wilayah grey area akan menegaskan   banyak nelayan yang berkumpul di
            kepada negara lain bahwa wilayah   Laut Natuna Utara untuk mencegah   nelayan dari luar Natuna pada 2020
            tersebut adalah wilayah ZEE Indonesia   masuknya nelayan asing yang   lalu. Namun, selain terjadi konflik
            yang mengakui sistem hukum laut   melakukan aktivitas penangkapan ikan   dengan nelayan lokal, kelompok
            United Nation Convention of Law of   ilegal di wilayah Indonesia.   nelayan yang dihadirkan tidak mampu
            the Sea (UNCLOS) 1982.             “Nelayan itu datang ke kita waktu   untuk melakukan aktivitas perikanan di
               “Jika kita bicara sejauh ini nelayan   itu. Ada tiga kelompok nelayan.   perairan tersebut dikarenakan kurang
            harus hadir, tidak hanya coast   Ribut mereka, ada dari Madura dan   memadainya kapal dan peralatan serta
            guard. Kita bisa katakan nelayan   (wilayah) lainnya. Mereka (nelayan   ombak yang sangat kuat sehingga
            kita engga bisa di situ pendekatannya   Natuna) menegaskan kalau itu bukan   kembali ke daerah asalnya. 
            bukan saja hanya pendekatan militer,   daerahnya Madura, tapi daerahnya   “Sebenarnya upaya ini
            tetapi juga pendekatan kesejahteraan   kami (Natuna). Jadi ini di dalam kita ada   pendekatannya adalah sumber
            nelayan kita,” terang Al Muzammil saat   keributan antar nelayan, karenanya   daya manusia kita sendiri. Begitu
            menghadiri pertemuan dengan Tim   yang harus kita bicarakan pendekatan   didatangkan orang Jawa kesana
            Kunjungan Kerja Reses Komisi I DPR   kesehahteraan selain pendekatan   sebenernya orang itu potensi, tapi
            RI dengan Sestama Bakamla RI Laksda   militer. Kalau kapal nelayan kita kuat   orang lokal tidak terima karena sumber
            TNI S. Irawan, Kepala Kantor Kamla   pak, itu mereka akan kumpul disitu   daya alamnya merasa dikurangi. Kita
            Zona Maritim Barat, Laksamana Pertama   bareng-bareng,” jelas politisi Partai   waktu itu gerakan lebih dari 30 lebih
            Hadi Pranoto dan jajarannya, di Kantor   Keadilan Sejahtera (PKS) ini.   kapal dari Jawa. Karena wilayah sana
            Kamla Zona Maritim Barat, Batam,   Sementara itu, Kepala Kantor   ombaknya juga 3-4 meter. Makanya
            Kepulauan Riau, Sabtu (16/4).   Kamla Zona Maritim Barat Laksamana   kalau ini berlanjut sebetulnya akan
               Al Muzammil menceritakan,    Pertama Hadi Pranoto mengatakan   ada pengembangan di situ, ya orang
            pada kunjungan Komisi I DPR RI ke   jika pihaknya dan pemerintah telah   kita akan mampu. Udah kita akan
            Kepulauan Natuna beberapa waktu   mencoba untuk mengisi kekosongan   tingkatkan tapi ada konflik jadi pulang
            lalu, kelompok nelayan di daerah   daerah perbatasan Laut China Selatan   lagi semua mereka,” terang Hadi
            tersebut mengeluhkan tidak adanya   dengan menghadirkan kelompok   kepada Komisi I DPR RI.    nap/sf


            6    Nomor 1196/IV/IV/2022  •  April 2022
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11