Page 11 - Sinar Tani Edisi 4016
P. 11
A gri wa c a N a Edisi 22 - 28 November 2023 | No. 4016 Tahun LIV 11
UPLAND Oleh:
Memed
Gunawan
ataran tinggi adalah potensi lahan
pertanian yang pemanfaatannya
masih belum optimal, padahal
Ddiperkirakan luasnya tidak kurang
dari 5 juta hektar. Penyebab utamanya adalah
infrastruktur yang belum berkembang, fisik,
ekonomi maupun sosial, baik terkait langsung
maupun tidak langsung dengan pertanian. Oleh
karena itu upaya pemanfaatan secara optimal
lahan pertanian dataran tinggi yang umumnya
tidak berpengairan teknis itu telah menjadi
perhatian pemerintah sejak lama.
Yang terakhir adalah proyek besar dengan
nama besar, yaitu The Development of Integrated
Farming System in Upland Areas (UPLAND) project,
yang didukung oleh dana hibah dari lembaga
Soal Beras, Bukan Cuma Produksi, keuangan internasional sebesar 66 juta dollar AS
atau setara dengan Rp 1 triliun. Adapun dana
Tapi Juga Konsumsi hibah tersebut untuk mendukung peningkatan
produktivitas pertanian, seperti pembangunan
embung, irigasi, hingga memberikan pelatihan
untuk petani atau peternak, khususnya di dataran
Oleh : Entang Sastraatmadja tinggi.
Selain dana hibah, Kementerian Pertanian juga
oal beras, kembali menyita perhatian berkolaborasi dalam perencanaan Konsumsi Beras mendapatkan dana pinjaman sebesar 50 juta
kita bersama. Menteri Pertanian Amran dengan Badan Pangan Nasional (BAPANAS) untuk dollar AS dari pinjaman International Fund for
Sulaiman menyatakan, jika kita lengah merumuskan Master Plan Pengelolaan Konsumsi Agriculture Development (IFAD).
Sdan tidak mampu menggenjot produksi Pangan 25 tahun ke depan. Betapa indahnya, UPLAND tidak hanya fokus pada infrastruktur
sesuai target yang ditetapkan untuk tahun 2024, kalau BAPPENAS dapat melahirkan dokumen fisik seperti jalan dan irigasi, tetapi juga pada
kemungkinan besar, kita bakal mengimpor peren canaan produksi dan konsumsi dalam fasilitas pasca panen dan pemasaran. Selain itu
beras sekitar 5 juta ton. Prediksi ini, tentu cukup upaya mewujudkan perencanaan pangan yang pembangunan SDM untuk meningkatkan daya
mengejutkan. Betapa tidak, sebab 5 juta ton berkualitas. kreasi dan manajemen dengan sasaran akhir
bukanlah angka yang kecil. Fakta menunjukkan penanganan konsumsi kesejahteraan masyarakat petani. UPLAND adalah
Mentan tentu bukan hanya melempar isu atau pangan, khususnya kebijakan penganekaragaman proyek yang mencakup berbagai aspek teknis,
kecemasan terhadap dunia perberasan di tanah pangan, tampak belum digarap dengan sungguh- ekonomis dan sosial yang melibatkan beberapa
air, yang selama ini menunjukkan penurunan sungguh. Hingga kini, kita belum memiliki Grand pihak terkait.
produksi yang cukup signifikan, namun dirinya Desain yang utuh, holistik dan komprehensif Harapannya tentu bukan hanya berakhir
berharap agar segenap komponen bangsa ikut terkait dengan Pengelolaan Konsumsi Pangan. dengan membuat contoh untuk dipertontonkan.
berpikir dan dapat mencarikan jalan keluar Yang dilakukan baru sekedar program-program Empatbelas lokasi pengembangan dataran
terbaiknya. Jika perlu, lakukan terobosan- yang ala kadarnya. tinggi ini, yaitu Kabupaten yang menjadi lokasi
terobosan cerdas. Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 66 Tahun penerapan proyek Upland yakni Banjarnegara,
Salah satu pemikiran dan cara pandang yang 2021 tentang Badan Pangan Nasional, salah satu Lebak, Garut, Tasikmalaya, Subang, Minahasa
penting ditumbuh-kembangkan dalam benak fungsi dibentuknya BAPANAS adalah merumuskan Selatan, Gorontalo, Lombok Timur, Purbalingga,
para penentu kebijakan di sektor pertanian adalah kebijakan dan pelaksanaan program diversifikasi Malang, Magelang, Sumenep, Sumbawa dan
sampai sejauh mana kita mampu melepaskan diri pangan. BAPANAS inilah yang perlu tampil sebagai Cirebon mempunyai ciri-ciri tersendiri yang
dari jebakan : “soal beras hanya masalah produksi”. “pembawa pedang samurai” program/gerakan model nya boleh jadi unik spesifik lokasi. Masing-
Padahal, di sisi lain, juga akan berkaitan dengan penganekaragaman pangan. masing mempunyai fokus pengembangan
soal harga dan konsumsi masyarakat. Ironisnya, mana mungkin BAPANAS akan tersendiri.
Hal ini penting disampaikan, mengingat mampu tampil sebagai “prime mover” program Tapi keberhasilan hakikinya adalah ketika
kita seperti yang terhipnotis untuk selalu bicara diversifikasi pangan, jika tidak ditopang oleh politik replikasi keberhasilan proyek ini dapat dilakukan
produksi. Bicara beras seolah-olah hanya berjuang anggaran yang layak dan memadai ? Inilah salah di daerah lain sesuai dengan kondisi wilayah
untuk menggenjot produksi dan produktivitas satu alasan pokok, mengapa sampai sekarang, setempat. Oleh karena itu keberlanjutan proyek
hasil pertanian menuju swasembada. Padahal, kiprah BAPANAS seperti yang “lelengkah halu” ini adalah gerakan penyebarluasan kisah sukses
kalau kita bicara dunia perberasan, khususnya (mulai belajar jalan). di lokasi contoh dengan melibatkan masyarakat
agribisnis perberasan, maka kaitan dari hulu ke Kita tentu tidak perlu kecil hati menghadapi sebagai pelaku utama, didukung oleh pemerintah
hilir, perlu dikemas secara sistemik. sergapan El Nino. Terlebih adanya peramalan dalam optimalisasi pemanfaatan dataran tinggi di
Inilah masalah krusial yang butuh penanganan Pemerintah tentang gagal panen berkisar antara bidang pertanian.
lebih baik dan terukur. Tata Kelola Konsumsi beras 380 ribu – 1,2 juta ton gabah kering panen. Atas Sejatinya pemerintah daerah setempat
per kapita, butuh perencanaan matang, sehingga hal ini, kita tentu bersiap-siap mengembangkan berperan besar dalam melaksanakan kegiatan ini
program dan kegiatan yang digulirkan tidak langkah cerdas yang sebaiknya ditempuh. Sayang, dan keberhasilannya menjadi gerakan besar untuk
terkesan asal-asalan. Terlebih jika hanya menjadi hal itu belum ditempuh, karena kita masih suka ditularkan ke masyarakat di sekitarnya. Sedangkan
sebuah gugur kewajiban. melakukan pendekatan pemadam kebakaran. pemerintah pusat mendukung pengembangan
Sebetulnya antara kebijakan produksi dan Akhirnya penting diingatkan soal dunia per- model tersebut di daerah lain sesuai karakteristik
kebijakan konsumsi, dapat dirancang secara sinergi. berasan, bukanlah hanya sekedar berurusan dengan fisik dan sosial ekonomi wilayah tersebut.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sisi produksi, namun juga penting dicermati dari UPLAND akan berakhir pada tahun 2024. Kita
(BAPPENAS), dituntut merancang Master Plan sisi harga dan konsumsi. Pengelolaan sisi konsumsi tunggu keberhasilannya, seperti harapan besar
Pening katan Produksi Beras dalam 25 tahun ke terekam tidak segencar sisi produksi. Padahal, sisi yang disebutkan dalam tujuan UPLAND Project
depan. Dalam pelaksanaannya BAPPENAS bisa konsumsi sendiri, tak kalah pentingnya dengan tersebut: Mendukung Tujuan Pembangunan
ber sinergi dan berkolaborasi dengan Kementerian sisi produksi. Ayo kita optimalkan pengelolaan sisi Berkelanjutan (SDGs) yang berkaitan dengan
Pertanian. konsumsi. pertanian berkelanjutan, pengentasan kemis-
Di sisi lain BAPPENAS juga perlu bersinergi dan (Penulis, Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat). kinan, dan ketahanan pangan.