Page 3 - MODUL PKK PRODUKSI MASSAL
P. 3
di Amerika. Turunnya harga saham pada hari Kamis, 24 Oktober 1929.
Peristiwa itu dikenal dengan sebutan "Kamis Hitam" (Black Thursday).
Penjualan saham massal dan mencapai puncaknya pada Selasa, 29 Oktober
1929 ketika pasar mengalami kerugian sebesar 14 miliar dolar AS. Hari itu
dikenang sebagai "Selasa Hitam" (Black Tuesday). Total kerugian dalam
minggu itu mencapai 30 miliar dolar AS.
Great Depression berdampak pada menurunnya kemampuan beli
masyarakat, bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar hingga munculnya
pengangguran. Keynes melihat bahwa perlu adanya intervensi pemerintah
dalam pasar untuk menjaga kestabilan atau "balance" antara rangkaian
investasi dan konsumsi. Setelah great depression, Amerika berusaha
memperbaiki keadaan ekonomi pada masa Perang Dunia II. Franklin
mengadopsi pemikiran Keynes yang mengatakan perlunya campur tangan
pemerintah dalam pasar. Franklin mengusulkan rencana untuk:
a. Menghidupkan kembali kegiatan perusahaan dan pertanian. Dengan cara
mendirikan lembaga-lembaga baru di pemerintahan yang menyediakan
fasilitas kredit ringan untuk industri dan pertanian.
b. Memberi bantuan kepada para penganggur dan kepada mereka yang
terancam akan kehilangan ladang dan tempat tinggalnya (lapangan
pekerjaan untuk para pengangguran).
c. Memperbaiki sistem perbankan dan kredit. Dengan langkah bank-bank
ditutup terlebih dahulu dan dibuka kembali apabila telah membayar
utang. Pemerintah menggunakan kebijakan inflasi mata uang yang
moderat untuk mengawali gerakan peningkatan harga komoditas dan
untuk membayar cicilan kepada para debitur.
Rencana Franklin tersebut mencapai kesuksesan. Franklin telah
berhasil membawa perbaikan dan pembangunan kembali sebagian Amerika.
Pada saat itu mulailah industri di Amerika memproduksi secara massal
dengan menerapkan sistem Fordism. Sistem yang diterapkan adalah:
a. Menstandardisasi output.
b. Memisahkan pekerja ke dalam tugas-tugas keterampilan yang spesifik,
dengan mengombinasikan mesin dan efisiensi pekerja.
c. Menekankan pada minimalisir harga daripada maksimalisasi
keuntungan.
Ford memberi buruh upah tinggi dengan anggapan bahwa upah tinggi
tersebut akan digunakan untuk mengonsumsi produk yang mereka hasilkan,
ini pun diterapkan di Amerika pada saat itu.
Adanya produksi massal pada saat itu memiliki banyak pasar karena
Amerika Pasca Perang Dunia II (PD II) banyak memberikan kredit kepada
negara yang hancur akibat PD II. Amerika juga memanfaatkan kesempatan
ini untuk mengekspor produknya ke negara tersebut (seperti Eropa dan Asia).
Pada saat itu pertumbuhan ekonomi bukan hanya mendatangkan
keuntungan bagi kelas kapitalis, tetapi turut dinikmati oleh kelas buruh.
Ekonom Rick Wolf mengatakan, pada masa ini, kelas buruh Amerika
menikmati pertumbuhan konsumsi yang tertinggi dalam waktu 150 tahun.