Page 29 - Sastra Anak Contoh E-Book
P. 29

“Tidak  kenapa-napa,  Pak  Putu.  Aku  hanya  sedikit  kesal  karena
          tidak  mendapatkan  janur  pesanan  ibuku”  jawabku  apa  adanya.
          Kulihat  Pak  Putu  terdiam  beberapa  saat.  Lelaki  setengah  tua  yang
          di kampungku orang kaya itu menengok ke arah rumahnya. Sebuah
          rumah  megah  dengan  tanah  yang  cukup  luas.  Sekeliling  tanah  itu
          dipagari  dengan  tembok  yang  kokoh.  Pada  beberapa  bagian  dari
          pagar tembok itu tampak ukiran khas Bali. Paling mencolok terlihat
          pada  bagian  depan  rumah,  terdapat  patung  berukuran  besar
          dengan bentuk berupa tokoh dalam cerita pewayangan.
          “Bud,  kamu  mau  ke  rumah  bapak?”  tanyanya  dengan  suara  yang
          lembut.  Belum  sempat  kujawab  pertanyaannya,  Pak  Putu  sudah
          bicara  lagi,  “Bapak  punya  beberapa  pohon  kelapa.  Ambil  saja
          janurnya buat keperluan ibumu. Pasti untuk membuat ketupat kan”.
























          Tentu  saja  tawaran  itu  membuat  aku  bahagia.  Ibuku  juga  pasti
          senang dibawakan janur. Jadi tawaran yang tidak mungkin kutolak.
          Aku  ikuti  jejak  langkah  kaki  Pak  Putu  menuju  ke  rumahnya.  Dalam
          perjalanan itulah aku terus berpikir. Aku berbicara dalam hati, “Baik
          amat orang ini, padahal dia kaya raya, padahal dia tidak seagama,
          padahal  dia  tidak  sesuku,  padahal  dia  tidak  sedaerah,  padahal  …,
          padahal …, dan padahal-padahal yang lainnya.”

                                                                     25
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34