Page 33 - Sastra Anak
P. 33
Pada sore hari orang Pak Putu memerintahkan seseorang untuk
mengantarkan sebatang janur dan enam butir kelapa yang sudah
tua. Orang tersebut memberikan janur dan buah kelapa kepada ibu.
“Bu ini sekalian, titipan dari Pak Putu” orang suruhan itu memberikan
selembar amplop. Ibu tampak terharu dan bahagia dengan bantuan
yang diterimanya dari Pak Putu. “Tolong sampaikan terima kasih
kepada Pak Putu. Kebaikannya tidak akan pernah Ibu lupakan” ucap
ibu saat orang tersebut berpamiitan.
Ibu benar-benar senang dengan
bantuan yang diterimanya.
Bantuan dari Pak Putu itu akan
sangat berguna untuk membeli
kebutuhan menjelang lebaran.
Dengan lima anak yang masih
kecil dan ayah Budi yang bekerja
sebagai tukang tambal ban di
trotoar jalan di kota, keluarga
Budi memang hidup pas-pasan.
Tengah malam Budi terlihat merenung, Dia hanya diam di kursi kayu
yang sudah tidak ada sandarannya. Tidak ada hasrat Budi untuk
membantu ibu yang masih sibuk memasak untuk keperluan lebaran.
“Bud kenapa kamu diam saja. Ayo temani ayah tuh di masjid.
Takbiran bersama warga” ujar ibu. “Kenapa kamu melamun saja.
Sudah lupakan musibah tadi siang. Kamu sudah selamat” ibu
melanjutkan ucapannya untuk menghentikan lamunan Budi.
“Bu, Budi malu. Budi gak bisa jadi pilot. Budi takut ketinggian” suara
lirih Budi dengan kepala tertunduk. Ibu merasakan iba dengan
ucapan Budi. Ibu tahu benar cita-cita anaknya yang begitu
mendambakan untuk menjadi pilot.
30