Page 20 - E-modul berbasis flipbook "Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa)"
P. 20
Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah salah satu putra dari Sunan Ampel,
dan merupakan saudara dari Sunan Bonang. Nama aslinya
adalah Raden Qosim atau juga dikenal dengan nama
Syarifuddin. Ia lahir pada abad ke-15 M. sekitar tahun 1470
M. dan wafat pada tahun 1522 M. dan dimakamkan di Desa
Drajat, wilayah Lamongan Jawa Timur. Sunan Drajat
menghabiskan masa mudanya untuk belajar agama Islam
kepada ayahnya Sunan Ampel, di Ampel Denta, Surabaya. Raden Qosim
Seperti halnya kakaknya, Sunan Bonang yang belajar Islam (Sunan Drajat )
tidak hanya dari pesantren ayahandanya, Sunan Drajat pun-
-memperdalam agama Islam dari para ulama yang datang bersama kapal-kapal
dagang Arab. Sunan Drajat kemudian memperoleh ilmu pengetahuan yang semakin
luas dan mendalam.
Ia melakukan dakwah pertama kali di wilayah Gresik. Dakwahnya dilakukan
dengan menyusuri pantai utara Jawa. Sepanjang perjalanan dakwahnya Sunan
Drajat bertemu dengan masyarakat penganut Hindu-Budha dan berdakwah secara
langsung. Tidak seperti Sunan Bonang yang menggunakan media gamelan untuk
menyampaikan misi dakwahnya kepada masyarakat saat itu.
Sunan Drajat mendarat pertama kali di wilayah Jelak, Banjarwati pada akhir abad
ke-15. Sunan Drajat kemudian membangun sebuah musala yang dijadikan sebagai
sebuah tempat untuk beribadah. Musala tersebut juga ia pergunakan untuk
berbagai kepentingan dakwah. Semakin banyak orang yang memeluk agama Islam,
maka kemudian musala tersebut berkembang menjadi pesantren yang ia jadikan
sebagai lembaga pendidikan untuk mengajarkan Islamkepada masyarakat. Desa
Banjarwati kemudian menjadi semakin ramai, Bahkan banyak orang yang datang
dari luar daerah karena mendengar kabar bahwa Sunan Drajat adalah adik dari
Sunan Bonang yang terkenal piawai dalam melantunkan syair-syair dan memainkan
gamelan. Sehingga lama kelamaan desa tersebut menjadi semakin banyak
penduduk dan bangunan huniannya, dan selanjutnya nama desa itu pun berubah
menjadi Banjaranyar.
Setelah dirasa masyarakat di Banjaranyar cukup mapan dengan nilai-nilai dan
praktik ajaran Islam, ia pun melanjutkan perjalanan meninggalkan pesisir utara Jawa
dan tiba di sebuah desa bernama Drajat. Di desa tersebut, ia melanjutkan misi
dakwah mengajak masyarakat Jawa yang saat itu masih memeluk keyakinan Hindu-
Budha untuk memeluk agama Islam.
Berikutnya Sunan Drajat melanjutkan perjalanan dakwahnya menuju ke Lamongan
yang saat itu masih diperintah oleh Sultan Demak. Sunan Drajat memilih tempat di
lokasi pegunungan karena dianggap aman dari banjir. Bukit tersebut kemudian
diberi nama Ndalem Dhuwur, yang di atasnya kemudian Sunan Drajat mendirikan
masjid untuk melaksanakan segala ibadah dan
dakwah ajaran Islam kepada murid-murid dan masyarakatnya yang baru memeluk
Islam.
Akhirnya Sunan Drajat wafat pada abad ke-16 M. pada tahun 1522 M., dan
peninggalan-peninggalannya disimpan sebagai bukti sejarah perkembangan Islam di
kota Gresik dan kota Lamongan Jawa Timur.
15