Page 22 - Buku_Ajar_Penulisan_Jurnalistik-2-136
P. 22

BUKU AJAR PENULISAN JURNALISTIK

                    Berbeda dengan berita untuk media cetak dan radio,
            berita televisi memiliki ciri khas tersendiri. Sebagai media audio-
            visual,  berita   televisi  disajikan  dengan    menampilkan
            gambar/visual yang menarik. Narasi sifatnya untuk melengkapi
            atau mendukung gambar, visual menjadi yang utama karena
            kekuatan televisi ada pada gambar. Oleh karena itu, naskah berita
            televisi harus ditulis dengan prinsip “untuk didengar”,
            menggunakan bahasa bertutur seperti gaya percakapan sehari-
            hari. Pemirsa hanya memiliki waktu sebentar atau singkat untuk
            memahami informasi yang terdapat dalam berita televisi. Meski

            menggunakan gaya percakapan sehari-hari, namun penulisan
            naskah berita televisi tetap merujuk pada kaidah penulisan
            jurnalistik.
                    Selain itu, sinkronisasi antara naskah berita televisi
            dengan visual perlu dilakukan. Artinya, penulisan naskah berita
            televisi menyesuaikan dengan visual yang tersedia. Dengan
            demikian, sebelum menulis berita jurnalis televisi harus
            mengecek terlebih dulu gambar yang dimilikinya. Jangan sampai
            terjadi naskah berita sudah selesai ditulis tetapi visual yang ada
            tidak sinkron dengan narasi. Prinsip menulis “untuk didengar”
            dan sinkronisasi narasi dengan visual tersebut dapat dijadikan
            sebagai pedoman bahasa berita televisi.
                    Dalam menuliskan berita televisi, jurnalis biasanya

            menggunakan rumus 5 “C” yakni compelling, clear, concise, cliché
            free, dan conversational.
                    1. Compelling. Gunakan kalimat aktif agar berita lebih
                       kuat dan menarik.





                                           9
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27