Page 3 - kebijakan fiskal tahun 2022
P. 3

terhadap PDB. TKDD pada tahun 2016 tumbuh sebesar 13,99 persen yang merupakan
                       pertumbuhan tertinggi, dari Rp623,1 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp710,3 triliun.
                       Sedangkan pertumbuhan terendah pada tahun 2020 sebesar minus 6,21 persen, dari
                       Rp813,0 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp762,5 triliun.



                       D. Kebijakan Pembiayaan

                       Saat ini, untuk menutup defisit Pemerintah mengutamakan instrumen pembiayaan
                   utang melalui Surat Berharga Negara (SBN) khususnya SBN dalam denominasi Rupiah.
                   Selanjutnya, untuk mendukung produktivitas utang dan meningkatkan efisiensi anggaran
                   dalam menstimulasi perekonomian, Pemerintah di tahun 2022 juga akan melanjutkan
                   penerapan kebijakan pembiayaan investasi baik dalam bentuk investasi Penyertaan Modal
                   Negara (PMN) ke BUMN, Badan Layanan Umum (BLU) dan lembaga/badan lainnya
                   maupun investasi ke lembaga keuangan internasional. Kebijakan pembiayaan investasi di
                   tahun 2022 diarahkan pada investasi yang mampu menciptakan value for money baik
                   dalam dimensi mikro maupun makro. Selain itu, kebijakan investasi juga ditekankan
                   untuk mendorong berbagai program pembangunan nasional yang telah ditetapkan
                   Pemerintah. Arah kebijakan pembiayaan akan ditujukan untuk mendorong
                   countercyclical melalui kebijakan pembiayaan yang inovatif dan prudent. Selain itu,
                   kebijakan secara umum masih ditujukan untuk melaksanakan fleksibilitas pembiayaan
                   terutama dalam mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

                        Sejalan dengan kebijakan itu, kebijakan pembiayaan tahun 2022 antara lain diarahkan
                   untuk:

                          1.  mendorong pembiayaan inovatif (antara lain penguatan peran BUMN, BLU,
                              Sovereign Wealth Fund (SWF), dan SMF serta mendorong KPBU lebih
                              masif);
                          2.  menjaga efektivitas pembiayaan investasi di kisaran 0,30 s.d. 0,95 persen
                              PDB;
                          3.  meningkatkan akses pembiayaan bagi UMKM, Usaha Mikro (UMi) dan
                              perumahan MBR;
                          4.  mendukung pendalaman pasar dan efisiensi cost of borrowing (antara lain
                              perluasan basis investor/kanal pembayaran SUN ritel serta mendorong
                              penerbitan obligasi daerah);
                          5.   pembiayaan investasi untuk mengakselerasi penguatan kualitas daya saing
                              SDM serta peningkatan ekspor; dan Kajian Terhadap Kerangka Ekonomi
                              Makro & Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2022 37
                          6.   mengelola sisa anggaran lebih (SAL) pada level yang aman sebagai fiscal
                              buffer melalui perbaikan manajemen kas.
   1   2   3   4