Page 199 - Legenda Dari Papua Barat Daya
P. 199
“Mama, jagalah putraku. Kaka Mubalin
telah tiada, jadi saya harus kembali ke Istana
Langit karena mereka tidak menerima
keberadaanku di kampung ini,” pinta Malaso
dengan hati pedih.
Mama Mubalin hanya diam membisu.
Air matanya tumpah, mengalir membasahi
pipi tuanya yang telah mengeriput. Ia telah
kehilangan putranya, kini harus berpisah
dengan Malaso, menantu yang sangat
dikasihinya.
Seakan merasakan akan ditinggal
pergi, putra Malaso yang berada di dalam
gendongan Mama Mubalin menangis keras
sambil meronta. Malaso merasa iba melihat
putranya, tapi tekadnya sudah bulat untuk
kembali ke Istana Langit.
190 191