Page 89 - Sinergi Triple Helix Bangun Ekosistem Kemandirian Obat dan Vaksin dalam Negeri
P. 89
Terdapat tiga strategi yang telah disiapkan oleh BPOM untuk mendukung ketersediaan vaksin
dan obat cacar monyet tersebut.
Pertama adalah melalui mekanisme expanded access uji klinik. Vaksin dan obat yang masih
dalam penelitian akan dipantau secara intensif.
Kedua, yaitu menerbitkan izin penggunaan darurat (EUA), yang memiliki tujuan untuk vaksin
dan obat agar disetujui di beberapa negara.
Ketiga adalah melalui mekanisme Special Access Scheme (SAS), dengan tujuan untuk vaksin
dan obat yang telah disetujui di beberapa negara, namun dalam jumlah yang terbatas.
Dalam strategi tersebut, telah diketahui sebanyak lima vaksin yang akan digunakan untuk
virus cacar monyet.
Tiga di antaranya adalah Jynneos, Imvanex, dan Imvamune merupakan vaksin yang
diproduksi oleh Bavarian Nordic, Denmark.
Ketiga vaksin tersebut digunakan untuk pasien dewasa dengan usia di atas 18 tahun. Vaksin
Jynneos digunakan di Amerika Serikat, Vaksin Imvanex digunakan di Eropa, dan Vaksin
Imvamune digunakan di Kanada.
Walaupun pada saat ini ketiga vaksin tersebut belum terdaftar di Indonesia, namun telah
dilakukan pemesanan sebanyak 2.000 dosis.
Lalu, dua vaksin selanjutnya adalah Vaksin LC16M8 dari SVRG Kaketsuken, Jepang, dan
Vaksin ACAM2000 dari Sanofi Pasteur dari Prancis.
Kedua vaksin tersebut diketahui masih dalam tahap pengembangan. Untuk vaksin KC16M8
diketahui bahwa sementara hanya diperuntukkan di Jepang.
Sedangkan, vaksin ACAM2000 diperuntukkan kepada anak dengan usia di bawah satu tahun,
serta tidak untuk orang dengan penyakit jantung serta masalah imun.
Indonesia juga telah memesan obat untuk cacar monyet dengan nama Tecovirimat yang
berasal dari Amerika Serikat.
Obat Tecovirimat tersebut masih dalam tahap pengembangan, namun, obat tersebut telah
digunakan di Amerika Serikat.
Ada juga obat Cidofovir yang juga masih dalam tahap pengembangan. Diketahui bahwa
Indonesia akan mendapatkan obat tersebut dari donasi yang dilakukan oleh Singapura.