Page 269 - Uji Klinik Fase III Vaksin COVID-19 di Indonesia
P. 269
Judul : Koordinator Uji Klinis Vaksin COVID-19 Sinovac: Mungkin Baru
Bisa Diproduksi Februari 2021
Nama Media : liputan6.com
Tanggal : 12 Agustus 2020
Halaman/URL : https://www.liputan6.com/health/read/4328403/koordinator-uji-
klinis-vaksin-covid-19-sinovac-mungkin-baru-bisa-diproduksi-
februari-2021
Tipe Media : Online
Uji klinis tahap tiga vaksin COVID-
19 Sinovac di Bandung mulai dilaksanakan
hari ini, Selasa, 11 Agustus 2020. Sejumlah
relawan menjalani proses penyuntikan
perdana vaksin COVID-19 di enam lokasi
yakni di Gedung Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Padjadjaran, Balai Kesehatan
Unpad, dan empat Puskesmas di Bandung.
Proses penyuntikan vaksin sebagai bagian dari uji klinis tahap tiga itu disaksikan
langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan didampingi Menteri
Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri BUMN Erick Thohir, Kepala BPOM
Penny K Lukito, serta pihak terkait lainnya.
Jokowi menargetkan uji klinis fase tiga atas kandidat vaksin COVID-19 atas kerja
sama PT Bio Farma dengan perusahaan vaksin asal Cina, Sinovac itu bisa selesai
dalam waktu enam bulan. Bila kandidat vaksin ini lolos uji klinis tanpa efek samping,
diharapkan bisa segera diproduksi massal oleh Bio Farma.
"Kita harapkan nanti di bulan, Insyaallah, di bulan Januari kita sudah bisa
memproduksi dan sekaligus juga kalau produksinya sudah siap langsung diberikan
vaksinasinya kepada seluruh masyarakat di Tanah Air," jelas Jokowi.
Meski Jokowi menargetkan vaksin COVID-19 sudah bisa diproduksi pada Januari
2021, Koordinator Tim Uji Klinik Vaksin COVID-19 Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Kusnandi Rusmil mengatakan, vaksin kemungkinan baru bisa
diproduksi pada Februari 2021.
"Mungkin Januari belum bisa diproduksi, Februari lah," ujar Kusnandi ketika
dihubungi Liputan6.com, Senin (10/8/2020).
Hal itu karena ada serangkaian proses yang harus dipenuhi usai uji klinis fase tiga
rampung dilaksanakan, seperti membuat laporan kepada perusahaan pembuat
vaksin serta badan penelitian dan pengembangan kesehatan.
"Setelah uji klinis fase tiga, saya bikin laporan. Setelah itu, saya bikin laporan ke Bio
Farma. Lalu, Bio Farma harus melaporkan ke Litbangkes. Nah, nanti Litbangkes
yang menentukan, ini bisa beredar apa enggak," Kusnandi menjelaskan.

