Page 69 - BPOM Terbitkan EUA Vaksin Indovac dan Vaksin AWcorna
P. 69
Dalam sebuah siaran pers, Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir, mengatakan
pihaknya telah melakukan uji klinis fase 1, 2 dan 3 untuk penggunaan vaksin pada usia 18
tahun ke atas.
Menurut Honesti, Bio Farma berkomunikasi intensif dengan BPOM sejak Juli untuk
memenuhi data-data pendukung untuk mendapatkan UEA.
“Tahap berikutnya setelah memperoleh izin adalah memproduksi vaksin IndoVac. Untuk
tahap awal, Bio Farma memproduksi maksimal 20 juta dosis. Jumlah tersebut dapat dinaikkan
menjadi 40 juta dosis per tahun 2023 dengan penambahan fasilitas produksi,” ujar dia.
“Selanjutnya kapasitas produksi bisa dinaikkan lagi menjadi 100 juta dosis per tahun pada
2024 tergantung pada kebutuhan dan permintaan,” lanjut Honesti.
Bio Farma melaksanakan uji klinis vaksin booster di RSUP Dr. Hasan Sadikin dan Rumah
Sakit Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah, Bali.
Indonesia sejauh ini mempunyai dua calon vaksin COVID-19 lokal, yaitu Inavac dengan
platform inactivated virus dikembangkan oleh tim peneliti dari Universitas Airlangga bekerja
sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia.
Sementara IndoVac dengan teknologi subunit protein dikembangkan oleh PT Bio Farma dan
Baylor College of Medicine.
Produksi vaksin tetap penting
Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono menekankan pentingnya Indonesia untuk
mengakselerasi vaksinasi COVID-19 lengkap, yaitu dua kali suntikan dan satu kali booster.
Indonesia menurut dia memang sedang menuju fase endemi penyakit ini, namun salah satu
syarat yang harus dipenuhi adalah paling tidak 97 persen penduduk yang paling berisiko
terhadap COVID-19 telah mendapat vaksinasi lengkap.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan saat ini dari target vaksinasi lengkap pada 234,6
juta orang, baru memberikan vaksin booster pada 63,3 juta orang atau sekitar 27 persen.
“Kebutuhan vaksin yang akan datang adalah untuk booster. Saya tidak tahu apakah vaksin
tersebut (yang diproduksi oleh Bio Farma) akan dibeli oleh pemerintah untuk menuntaskan
booster, karena kemajuan cakupan vaksinasi booster sangat lamban,” ujar Pandu pada
BenarNews.
“Bio Farma tidak berani produksi vaksin jika tidak ada jaminan dibeli oleh pemerintah.
Sementara Indonesia banyak terima donasi vaksin yang dipakai untuk booster,” paparnya.