Page 17 - EBOOK B.INDONESIA LIHAT SEKITAR "Dengan Kearifan Lokal Baduy"
P. 17
yang terletak tak jauh dari imah. Sumur tersebut menjadi sumber utama air bagi
mereka, dan meski jaraknya tidak terlalu jauh, perjalanan menimba air selalu
menjadi rutinitas harian yang melelahkan. Di perjalanan, Budi dan Udin kerap
bercanda, menirukan suara hewan atau menyusun rencana permainan untuk sore
nanti.
Di dalam imah, ibu mereka mulai sibuk memasak untuk makan siang. Aroma bumbu-
bumbu yang ditumbuk di lesung batu memenuhi ruangan, membuat perut mereka
semakin lapar. Budi dan Udin selalu senang membantu menumbuk bumbu, meski
tangan mereka terkadang terasa pegal. Mereka belajar dari ibu tentang cara
mencampur berbagai jenis rempah-rempah yang menghasilkan cita rasa khas
masakan Baduy. Setelah bumbu selesai ditumbuk, ibu mulai menyiapkan sayur lalab
yang terdiri dari daun-daunan segar yang dipetik langsung dari pekarangan imah.
Sore hari adalah waktu yang paling dinantikan oleh Budi dan Udin. Setelah seharian
membantu orang tua mereka, kini tiba saatnya untuk bermain. Mereka duduk di
ruang tengah imah yang sederhana, dengan lantai bambu yang terasa sejuk di
bawah kaki mereka. Congklak, permainan tradisional dari kayu yang diwariskan
turun temurun, menjadi pilihan favorit mereka. Kegembiraan dan tawa menghiasi
sore itu, sesekali ibu dan ayah mereka ikut memberikan saran tentang strategi
bermain congklak.
Saat senja tiba, suasana di sekitar imah mulai hening kembali. Keluarga Budi dan
Udin berkumpul di ruang tengah, menikmati makanan ringan seperti kerupuk dan teh
hangat. Mereka bercerita tentang kejadian-kejadian di hari itu, mulai dari
pengalaman ayah di ladang hingga cerita lucu yang dialami Budi dan Udin saat
membawa air. Kebersamaan ini selalu menjadi momen berharga, di mana setiap
anggota keluarga merasakan kedamaian dan kehangatan yang ada di dalam imah.
Menjelang malam, setelah semua kegiatan selesai, seluruh keluarga berdoa
bersama. Dalam doa, mereka bersyukur atas kesehatan, kebersamaan, dan segala
berkah yang diberikan oleh alam. Mereka percaya bahwa hidup yang sederhana di
dalam imah adalah bagian dari menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Selesai berdoa, masing-masing anggota keluarga masuk ke kamar mereka yang
dipisahkan oleh dinding bambu tipis. Meski imah tidak memiliki banyak sekat,
keakraban dan rasa saling menghormati selalu terjaga di antara mereka.
Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Budi dan Udin tertidur lelap di dalam
imah yang hangat, ditemani suara angin yang berhembus lembut melalui sela-sela
anyaman bambu. Di luar, hutan dan bukit yang mengelilingi perkampungan mereka
tetap terjaga, melambangkan hubungan harmonis antara manusia dan alam yang
telah terjalin selama berabad-abad. Bagi Budi dan Udin, imah adalah lebih dari
sekadar rumah; imah adalah tempat mereka belajar, bermain, dan tumbuh bersama
keluarga dalam kehidupan yang sederhana namun penuh makna.
Dari cerita di atas, jawablah pertanyaan berikut!
9

