Page 9 - Buku Digital_Indrayani Safitri (2006101020058)
P. 9
Pada keesokan harinya, tanggal 3 Juni 1959, Dewan
Konstituante mengadakan reses yang akhirnya untuk
selamanya. Hal ini disebabkan beberapa fraksi dalam
Dewan Konstituante tidak akan menghadiri sidang lagi
kecuali untuk pembubaran Dewa Konstituante. Kondisi
ini membuat situasi politik menjadi sangat genting,
konflik politik antarpartai semakin panas dan melibatkan
masyarakat di dalamnya ditambah munculnya beberapa
pemberontakan di daerah yang mengancam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mencegah
munculnya ekses-ekses politik sebagai akibat ditolaknya
usulan pemerintah untuk kembali ke UUD 1945 oleh
Dewan Konstituante, Kepala Staf Angkatan Darat
(KSAD) selaku Penguasa Perang Pusat (Peperpu). A.H.
Nasution, atas nama pemerintah mengeluarkan larangan
bagi semua kegiatan politik, yang berlaku mulai tanggal
3 Juni 1959, pukul 06.00 Pagi. KSAD dan Ketua Umum
PNI, Suwiryo, menyarankan kepada Presiden Soekarno
untuk mengumumkan kembali berlakunya UUD 1945
dengan suatu Dekret Presiden. Sekretaris Jenderal PKI
pun, D.N. Aidit memerintahkan anggota partainya yang
duduk di Dewan Konstituante untuk tidak menghadiri
kembali sidang Dewan Konstituante.
Presiden Soekarno memerlukan waktu beberapa hari
untuk mengambil langkah yang menentukan masa depan
bangsa Indonesia dan menyelesaikan permasalahan yang
ada. Pada tanggal 3 Juli 1959, Presiden Soekarno
memanggil Ketua DPR, Mr. Sartono, Perdana Menteri
Ir. Djuanda, para menteri, pimpinan TNI, dan anggota