Page 21 - buku cerita rakyat melawi_mastiah
P. 21
PUTRI JUNJUNG BUIH
Pada zaman dahulu, ada sebuah pasangan suami istri
yang sudah lama menikah namun belum juga dikaruniai
anak. Suatu hari, sang suami sedang membersihkan buih
di depan rumah mereka yang terapung di sungai. Tiba-tiba,
dia terkejut melihat seorang bayi perempuan yang sangat
cantik terbungkus dalam buih. Tanpa berpikir panjang, dia
membawa bayi itu pulang dan mereka berdua
membesarkannya sebagai anak mereka sendiri.
Tahun berganti tahun, bayi itu tumbuh menjadi gadis
yang sangat cantik. Kabar tentang kecantikannya tersebar
ke seluruh desa dan bahkan sampai ke telinga Sultan Abdul
Mahmud dari Kalimantan Selatan, yang dikenal dengan
sebutan Sultan Berdarah Putih Empat Penjuru Alam. Sultan
pun tertarik dan memutuskan untuk melihat gadis tersebut.
Setelah tiba di desa Ulak Jawa, Sultan langsung
terpesona dengan kecantikan gadis itu yang dikenal dengan
nama Putri Junjung Buih. Sultan segera melamar dan tidak
lama kemudian, mereka menikah.
Setelah pernikahan, Sultan ingin membawa Putri
Junjung Buih untuk bertemu dengan keluarga dan
kerabatnya di Kalimantan Selatan. Putri Junjung Buih
setuju dengan syarat bahwa ketika turun dari kapal menuju
istana, ia harus dipayungi dengan bunga-bunga. Sultan
menyetujui syarat itu dan mereka berangkat.