Page 6 - Ebook Finish_I Made Oka Susila
P. 6
mengandung asumsi-asumsi dasar yang merupakan cita-cita universal, memberikan
persepsi terhadap sejarah kemanusiaan, memiliki peranan bersejarah dalam
kehidupan berbangsa, dan memuat keinginan- keinginan tentang penyelenggaraan
suatu sistem kemasyarakatan dalam perspektif jangka panjang. Sifat permanen yang
dimiliki Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, ditunjukkan oleh sejarah bahwa
ideologi Pancasila telah mampu menyelamatkan bangsa Indonesia dari berbagai
kemelut sejarah yang pernah menimpa bangsa Indonesia.
Sementara itu, ideologi yang bersifat praktis mengalami perkembangan
sepanjang perjalanan sejarah. Jika Pancasila sebagai ideologi yang bersifat permanen
disusun berdasarkan latar belakang budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia,
maka sebagai ideologi yang bersifat praktis, Pancasila disusun berdasarkan
pengalaman sejarah dalam kehidupan berbangsa mulai dari zaman revolusi
kemerdekaan hingga era sekarang ini. Antara ideologi yang bersifat permanen dan
dinamis hendaknya tidak terdapat celah yang memberi peluang untuk memanipulasi
ideologi demi kepentingan kelompok atau kekuatan sosial yang dominan.
Pancasila sebagai suatu ideologi negara yang tidak statis, akan mengalami
ujian dalam pengalaman yang kongkrit. Oleh karena itu, ideologi yang bersifat
permanen harus dihadapkan pada ideologi praktis yang dinamis dan terbuka.
Pancasila perlu dinyatakan dalam rumusan-rumusan yang lebih spesifik dan
membumi sehingga memiliki kemampuan untuk dijabarkan dalam pemecahan
berbagai persoalan. Nilai-nilai Pancasila juga harus mampu memberi petunjuk bagi
perilaku sehari-hari dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai ideologi praktis yang dinamis dan terbuka menunjukkan
bahwa keberadaan Pancasila akan tetap relevan dengan tuntutan perkembangan
zaman. Pengamalan Pancasila dalam kehidupan nyata sehari-hari menjadi tantangan
besar bagi bangsa Indonesia. Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata dan
tidak kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun pengertiannya akan
kabur. Oleh karena itu, Pancasila perlu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari secara
nyata. Pancasila bukan hanya sebagai simbol atau hanya diucapkan saja, sementara
dalam perbuatan Pancasila seringkali dikhianati. Sikap hidup yang perlu
ditumbuhkembangkan sebagai warga negara Indonesia adalah sikap manusia
Pancasila. Menurut Soeharto (2006: 79) sikap hidup manusia Pancasila adalah warga
negara Indonesia yang kepentingan pribadinya tidak dapat dilepaskan dari
kewajibannya sebagai mahluk sosial dalam kehidupan masyarakat. Kewajibannya
terhadap masyarakat harus lebih besar dari kepentingan pribadinya. Kepentingan
pribadi akan berakhir untuk memulai melaksanakan kewajiban sebagai anggota
masyarakat. Semuanya itu dituntun oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, oleh rasa
perikemanusiaan yang adil dan beradab, oleh kesadaran untuk memperkokoh
persatuan Indonesia untuk menjunjung tinggi sikap kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi bangsa Indonesia.
Pancasila di era global akan berhadapan dengan nilai-nilai global yang telah
telah diakui oleh negara-negara di dunia. Salah satu nilai global yang banyak menjadi
kajian dan dikembangkan oleh negara-negara di dunia adalah tentang hak asasi
manusia. Menurut Arivia (2006: 374), Pancasila di era global akan dapat berperan
apabila di dalamnya memuat tentang hak asasi manusia. Pancasila dapat dijadikan
sebagai acuan dalam lingkup sosial dan politik sebagai suatu gejala temporer, bukan
dalam kerangka moral atau gejala permanen. Bekerja dalam lingkup sosial dan politik
memungkinkan bekerja dalam kerangka demokrasi. Dengan demikian, politik
3