Page 13 - Media Pembelajaran Flipbook Sejarah Islam
P. 13
11
Abu Musa mundur dari mimbar dan kemudian Amr bin Ash maju dan berdiri
di mimbar, lalu menyampaikan pidatonya "Abu Musa telah me. yampaikan
pernyataan seperti yang telah kalian dengar tadi, dia telah mencopol
sahabatnya (Ali bin Abi Thalib) dan akupun mencopot sahabatnya itu seperti
yang dia lakukan Dan aku kokohkan kedudukan sahabatku, karena dialah ahli
warns Usman, dan pihak yang paling berhak menggantikan kedudukan
Usman". Demikianlah pada akhimya tahkim tidak dapat memuaskan kedua
belah pihak terutama dari pihak Ali bin Abi Thalib dan para pendukungnya,
walaupun pihak Muawiyah tidak mendapatkan dukungan dari kubu Ali namun
paling tidak dalam keputusan tersebut terdapat penyataan bahwa kekuasaan
tidak lagi berada di tangan Ali dan kemudian diserahkan kepada kaum Muslim
untuk memilih pemimpin yang mereka inginkan, dan pada saat itu Muawiyah
memiliki pasukan yang cukup besar yang dipilihnya, dan tidak ada
seorangpun yang bisa menandingi kekuatannya, sehingga keinginannya.
untuk menjadi khalifah kaum muslim pun semakin besar
Dengan putusan Tahkim tersebut, posisi Muawiyah menjadi kuat, dia di bai'at
menjadi khalifah oleh penduduk Syam dan berturut-turut dia mencari
kekuatan dukungan dari Mesir dan memberangkatkan pasukan ke beberapa
wilayah yang dikuasai Ali bin Abi Thalib. Kekecewaan pun muncul dari
pendukung Ali yang kemudian keluar dari golongan Ali dan menamakan
dirinya sebagai golongan Khawarij.
3. Amul Jamaah
Setelah Ali bin Abi Thalib wafat atas kekejaman Khawarij, maka dibalatlah
Hasan bin Ali menjadi Khalifah selanjutnya. Hasan bin Ali memiliki pandangan
yang tepat terkait beberapa kondisi yang ada di sekitarnya, dia melihat
tentaranya tidak bisa dipercayainya, musuhnya begitu kuat watak dan
tekadnya. Selain itu Hasan sendiri tidak menyukai kekacauan dan lebih
menginginkan persahabatan dan perdamaian bagi kaum muslim. Maka dia
tidak memiliki pilihan yang lebih bijak untuk diri dan umatnya selain turun dari
jabatannya, membuat perjanjian damai dengan sejumlah syarat yang dapat
disetujui oleh kedua belah pihak, lalu dia menuliskan pembai'atannya kepada
Muawiyah, dan menyerahkan kota Kufah kepada Muawiyah pada akhir
Rabi'ul awal tahun 41 H. Ketegangan pun menghentikan dan kaum muslim
menyebut tahun itu sebagai Amul Jamaah (tahun persatuan).