Page 43 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 43

dalam bentuk prosa ditemukan pula dalam bahasa Jawa Kuna. Isinya tidak diketemukan
                 dalam Kakawin Rāmāyana. Di permulaan versi Jawa Kuna ini ada referensi merujuk ke
                 prabu Dharmawangsa Teguh.
                   Setelah Rāvaṇa berhasil dikalahkan, Rāmā, Lakṣmana dan Sītā beserta para wanara
                 pergi  ke  Ayodhyā.  Di  sana  mereka  disambut  oleh  Bharata  dan  Kaikeyī.  Lakṣmana
                 hendak dianugerahi Yuwaraja oleh Rāmā, namun ia menolak karena merasa Bharata
                 lebih pantas menerimanya dibandingkan dirinya, sebab Bharata memerintah Ayodhyā
                 dengan baik dan bijaksana selama Rāmā dan Lakṣmana tinggal di hutan.
                   Setelah  pertempuran  besar  melawan  Rāvaṇa  berakhir,  Rāmā  juga  hendak
                 memberikan hadiah untuk Hanumān. Namun Hanumān menolak karena ia hanya ingin
                 agar Śrī Rāmā bersemayam di dalam hatinya. Rāmā mengerti maksud Hanumān dan
                 bersemayam secara rohaniah dalam jasmaninya. Akhirnya Hanumān pergi bermeditasi
                                             di puncak gunung mendo’akan keselamatan dunia.
                                                Setelah  pulang  ke  Ayodhyā,  Rāmā,  Sītā,  dan
                                             Lakṣmana  disambut  oleh  Bharata  dengan  upacara
                                             kebesaran.   Bharata   kemudian   menyerahkan
                                             takhta  kerajaan  kepada  Rāmā  sebagai  raja.  Dalam
                                             pemerintahan  Rāmā  terdengar  desas-desus  di
                                             kalangan  rakyat  jelata  yang  meragukan  kesucian
                                             Sītā di dalam istana Rāvaṇa. Rāmā merasa tertekan
                                             mendengar  suara  sumbang  tersebut.  Ia  akhirnya
                                             memutuskan  untuk  membuang  Sītā  yang  sedang
                                             mengandung ke dalam hutan. Dalam pembuangannya
                  Sumber: www.ancientindians.wordspress.com
                  Gambar 1.13 Ilustrasi cerita Rāmāyana   itu, Sītā ditolong seorang Ṛsī bernama Valmiki dan
                  Dewi Sītā terjun ke dalam bara api   diberi tempat tinggal.
                                                Beberapa  waktu  kemudian,  Sītā  melahirkan
                 sepasang  anak  kembar  diberi  nama  Lawa  dan  Kusa.  Keduanya  dibesarkan  dalam
                 asrama Ṛsī Valmiki dan diajari nyanyian yang mengagungkan nama Rāmācandra, ayah
                 mereka. Suatu ketika Rāmā mengadakan upacara Aswamedha. Ia melihat dua pemuda
                 kembar muncul dan menyanyikan sebuah lagu indah yang menceritakan tentang kisah
                 perjalanan dirinya dahulu. Rāmā pun menyadari kalau kedua pemuda yang tersebut
                 yang tidak lain adalah Lawa dan Kusa merupakan anak-anaknya sendiri.
                   Atas  permintaan  Rāmā  melalui  Lawa  dan  Kusa,  Sītā  pun  dibawa  kembali  ke
                 Ayodhyā. Namun masih saja terdengar desas-desus kalau kedua anak kembar tersebut
                 bukan anak kandung Rāmā. Mendengar hal itu, Sītā pun bersumpah jika ia pernah
                 berselingkuh maka bumi tidak akan sudi menerimanya. Tiba-tiba bumi pun terbelah.
                 Dewi Pertiwi muncul dan membawa Sītā masuk ke dalam tanah. Menyaksikan hal
                 itu Rāmā sangat sedih. Ia pun menyerahkan takhta Ayodhyā dan setelah itu bertapa di
                 Sungai Gangga sampai akhir hayatnya.








                 36   | Kelas X SMA/SMK
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48