Page 144 - Modul Pendidikan Agama Islam Flipbook
P. 144
tersebut, namun sebagian mereka berkeyakinan bahwa Champa yang dimaksud
adalah sebutan sebuah daerah bernama Jeumpa di Aceh.
Ayah Sunan Ampel adalah Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik). Ibunya
bernama Dewi Candrawulan. Sunan Gresik memiliki dua orang istri yaitu Dewi
Candrawulan dan Dewi Karimah. Dengan Dewi Karimah ia memiliki dua orang putra
yaitu Dewi Murtasih (istri Raden Fatah, sultan pertama kerajaan Demak Bintoro)
dan Dewi Murtasimah (istri Raden Paku/Sunan Giri). Dengan istri kedua Dewi
Candrawulan, ia memiliki lima orang putera yaitu Siti Syareat, Siti Mutmainah,
Siti Sofiah, Raden Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) serta Syarifudin
atau Raden Kosim (Sunan Drajat).
Sunan Ampel hidup pada zaman Majapahit yang mengalami kemunduran
drastis pasca ditinggal wafat Maha Patih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk.
Majapahit terpecah karena terjadi banyak perang saudara dan para adipati tidak
loyal lagi kepada pemerintah kerajaan. Pembayaran pajak dan upeti tidak sampai
ke kerajaan dan lebih sering dinikmati oleh para adipati. Kaum bangsawan dan
para pangeran juga memiliki kebiasaan buruk dengan berpesta pora, berjudi dan
mabuk-mabukan. Prabu Brawijaya yang melanjutkan pemerintahan Prabu Hayam
Wuruk menyadari bahwa apabila kebiasaan tersebut dilanjutkan, maka negara
akan menjadi lemah, dan jika negara lemah, dengan mudah musuh akan
menghancurkan kerajaan Majapahit.
Berdasarkan pada situasi yang memprihatinkan tersebut, kerajaan
akhirnya memanggil Raden Rahmat putra dari Dewi Candrawulan di Negeri
Champa yang terkenal sebagai seseorang yang mendidik dan mengatasi
kemorosotan moral di kalangan masyarakat. Pada Babad Diponegoro disebutkan
bahwa akhirnya Raden Rahmat (Sunan Ampel) memiliki pengaruh yang cukup kuat
di kerajaan Majapahit. Meskipun Raja Brawijaya menolak masuk Islam, namun ia
memberikan keleluasaan kepada Sunan Ampel untuk mengajarkan Islam kepada
rakyatnya, asalkan dilakukan dengan tanpa paksaan. Dan selama tinggal di
Majapahit, Raden Rahmat dinikahkan dengan Nyi Ageng Manila, puteri Bupati
Tuban. Sejak saat itulah gelar kerajaan melekat di depan namanya, diperlakukan
sebagai keluarga keraton Majapahit dan semakin disegani oleh masyarakat.
Raden Rahmat kemudian membangun pesantren sebagai lembaga
pendidikan untuk terus mengajarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat,
sehingga Islam semakin berkembang di wilayah Ampel. Pesantren tersebut
mengadopsi konsep pusat pendidikan yang telah berdiri pada masa Hindu Budha.
Ia tidak pernah memaksanakn ajaran-ajaran lama untuk serta-merta dihapuskan.
Bahkan ia justru menjadikannya sebagai sarana untuk mengenalkan Islam.
Misalnya penamaan tempat ibadah dari kata ‘sanggar’ pada era Hindu Budha
diganti menjahi ‘langgar’. Kata ‘shastri’ yang merujuk pada orang-orang yang
130 MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS X Tutik Khoirunisa, S.Pd