Page 32 - VETNESIA EDISI 28
P. 32
CERITA PENDEK
tibatiba. memutari rumah ini.
Kami sekeluarga sangat Siapa tahu ada
menyayangi si Gemoy. Selain orang di bagian
bodinya yang aduhai, kelakuannya belakang. Karena benar kepunyaan Gemoy. Apakah
pun absurb. Gemoy suka menatap pintu depan tertutup Gemoy ada di dalam? Aku tidak
pintu rumah dengan posisi diam. rapat. Tanaman liar sabar untuk mengintip.
pandangan lurus ke depan. semakin tinggi dengan posisi Mataku sudah tiba di ujung
Posisinya tidak berubah dalam seakan ditata untuk melindungi pintu. Kutemukan ruangan yang
satu atau dua jam. Entah apa yang rumah ini dari pandangan luar. remang. Tak sabar, aku
ada dalam benaknya. Awalnya aku Jendelajendela rumah ini juga mengedipkan mata berkalikali
kira ada semacam hewan yang tertutup rata. Aku mendekat dan agar terbiasa memandang dalam
menarik perhatiannya, seperti menempelkan telinga pada keremangan. Yang kulihat adalah
cicak atau semut. Tetapi, tidak ada jendela. Sepertinya aku kandangkandang yang berisi
satupun atau apapun di situ. Aku mendengar suara kucing kucingkucing. Hewanhewan lucu
jadi ngeri sendiri. apalagi mengeong. Tetapi, bukan suara itu berdesakan dalam kandang
kegiatannya itu dilakukan Gemoy. Tidak ... itu bukan Gemoy. sempit. Belum lagi karungkarung
menjelang magrib sampai selesai yang entah berisi apa, bergerak
adzan magrib. dengan gelisah. Aku yakin Gemoy
Sekarang aku tiba di kampung ada di dalam sana. Tetapi, tidak
sebelah. Tidak seperti kampungku kulihat bayangan kucingku di
yang ramai, kampung ini sepi saja. antara kucingkucing menyedihkan
Ada yang aneh. Tak satupun orang itu.
melintas. Mungkin dikarenakan Ada bau aneh yang
hujan akan turun. Namun, aku menyergap, saat aku masuk.
merasa ada yang tidak biasa. Aah, Kuberanikan diri melangkah lebih
segera kutepis perasaan ini. Dan jauh, mengendapendap di antara
aku terus melangkah. Tibatiba kandang. Kulihat dengan teliti
mataku tertuju pada sesuatu kandangkandang yang berisi
berwarna biru. Aku mendekat ke Rasa penasaranku belum kucing. Mencari keberadaan
arah pagar tanaman di depan hilang. Kupaksa kakiku terus Gemoy. Tetapi, kepalaku dengan
rumah tua. Aku mengambil melangkah. Ada pintu di sana. Aku nakal mengarahkan mata ke arah
sesuatu berwarna biru itu. Seperti mengendapendap, menghindari lain. Ke bagian lain ruangan itu.
semacam kalung leher. Oh, apapun yang akan terjadi. Pintu itu Terlihat gantungan besi yang biasa
Tuhan ... ini mirip kalung Gemoy. terbuka sedikit. Ada celah untuk digunakan di rumah potong ayam.
Aku hapal betul, kan aku yang mengintip. Tetapi, terlihat Gantungan untuk ayam yang
membeli dan memasang kalung ini beberapa pasang sandal di depan sudah dipotong. Aku merinding,
ke leher Gemoy. Namun, tidak pintu, membuatku ragu mendekat. badanku bergetar saat mataku
kutemukan pin yang berisi Namun, tekatku menemukan si menelisik beberapa hewan yang
identitas Gemoy. Aku semakin Gemoy sangat besar. Aku pasrah tergantung di sana. Aku melihat
gelisah. dengan apapun yang akan terjadi. ada beberapa hewan. Ada juga
Kulangkahkan kaki mendekati Selangkah lagi aku mendekati semacam kucing dengan ekor
rumah tua ini. Sepi sekali seakan pintu itu. Tibatiba aku melihat panjang menyisakan warna
tidak berpenghuni. Kuucapkan sesuatu berkilau di antara sandal belang, dengan badan gemuk dan
salam. Tidak ada jawaban. Sekali yang berserakan. Sebuah pin telinga berdiri. Aku menatapnya.
lagi, aku berteriak. Tetap saja sepi. identitas. Astaga, bentuknya Dan mata hewan itu juga
Hanya rintik hujan yang datang. seperti kepunyaan Gemoy. Segera melihatku. Sepasang mata kuning
Akhirnya kuberanikan diri kupungut dan kubaca. Yaahh, ini dengan hidung pesek. Gemoy?
April 2021 32