Page 53 - Modul Pendidikan Kopdit Kabari
P. 53
Pertanyaan untuk kita pada hari ini: mau menjadi anggota Kopdit
Kabari seperti hari ini atau mau memiliki pola berpikir yang berkembang?
Atau mau tetap menjadi anggota yang hanya simpan-pinjam atau mau
berusaha untuk menjadi mitra Kopdit Kabari yang memiliki usaha
produktif?
A. Latar Bekang Lokakarya Awal Para Aktivis Cu / Koperasi
Kultur berbelanja masyarakat Indonesia umumnya menggunakan
uang tunai (cash) jika ke toko / pasar untuk membeli kebutuhan pokok,
pulsa, tiket, hingga membayar tagihan. Menurut Bank Indonesia (BI),
26
cepat atau lambat, Indonesia akan menuju ke cashless society yang
dicirikan sebagai masyarakat yang melakukan berbagai aktivitas
transaksinya, dominan dilakukan secara non-tunai.
Anjuran pemerintah melalui BI untuk menggunakan uang non-
tunai (cashless) untuk bertransaksi perlahan-lahan mulai direspons
positif oleh berbagai pihak. Indikatornya terlihat sepanjang tahun 2017
lalu, dimana total transaksi uang elektronik telah mencapai Rp 12,3
triliun. Ini berarti meningkat cukup siginifikan dibandingkan tahun
sebelumnya (2016) yang ‘hanya’ Rp 7 triliun. Respons positip ini
ditanggapi juga oleh aktivis CU / Koperasi, dengan mulai
menyelenggarakan Lokakarya tentang Fintech dan Big Data pada akhir
2017.
B. PT. SKK: Kopdit Kabari Salah Satu Anggota
Sebelum terjadi pembentukkan PT, beberapa Credit Union
Indonesia pada akhir tahun 2017 melakukan Lokakarya tentang Fintech
dan Big Data Credit Union Indonesia. Kopdit Kabari mengutus Ibu Teresa
Lioe Na Wie, Ketua Pengurus, saat itu untuk mengikuti Lokakarya ini di
kantor pusat Inkopdit Jakarta.
Dari Lokakarya tentang Fintech dan Big Data ini, hampir 40-an
Credit Union Indonesia berkumpul kembali untuk melakukan
26 Situasi sosial dimana tidak lagi diperlukan tanpa uang tunai (uang elektronik/e-money)
53 | P a g e - M o d u l P e n d i d i k a n K o p d i t K a b