Page 16 - E-Flipbook Sejarah Indonesia (Wabah PES di Malang Tahun 1911-1916) by Nursela Yunika Mesita
P. 16
3. Dampak Adanya Wabah Pes di Malang
Munculnya wabah pes di Malang tahun 1911-1916 telah memberikan
dampak yang luas dan mendalam bagi kehidupan sosial ekonomi penduduk di
Jawa Timur khusunya di wilayah Malang dan sekitarnya. Kebijakan-kebijakan
baru yang sebelumnya belum pernah diterapkan di Hindia Belanda seperti
karantina, isolasi, evakuasi, pemeriksaan barang bawaan ketika bepergian,
pembersihan, perbaikan dan pembakaran rumah, pengungsian di barak-barak
dianggap menyulitkan penduduk. Sebagian besar penduduk kebanyakan
menolak untuk melakukan pengungsian, karena mereka khawatir dengan
harta dan rumah yang mereka tinggalkan. Begitu juga dengan karantina dan
isolasi para penduduk terutama pedagang, menolak melakukannya karena
mereka sulit memasarkan barang dagangannya.
Hal yang serupa juga terjadi pada bidang perkebunan. Karena adanya
perintah karantina dan isolasi penduduk yang ingin masuk ke Malang untuk
bekerja di perkebunan ketika masa panen tiba dilarang masuk. Pihak
perkebunan pun memprotesnya karena menganggap hal tersebut merugikan
mereka, penduduk pun turut kehilangan mata pencahariannya. Selain itu,
karantina di barak isolasi yang mengharuskan mereka meninggalkan rumah
dan pekerjaan, membuat banyak dari mereka kehilangan harta bendanya
karena pencurian dan tanaman pangan yang mati tidak terurus. Meskipun
selama masa karantina pemerintah memberikan kebutuhan pangan,
pembagiannya sering kali tidak merata dan tidak teratur. Kemiskinan
membawa implikasi pada kondisi kesehatan. Ilustrasi kemiskinan itu
terungkap dalam tulisan Marco Kartodikromo di Doenia Bergerak yang
diterbitkan pada 31 Januari 1914. Dampak yang cukup signifikan akibat adanya
wabah pes ini adalah penyusutan jumlah penduduk karena menjadi korban
11