Page 45 - MODUL SUFA REVISI
P. 45
negara besar dan kecil (Putra, 2020, 24). Persetujuan KMB menimbulkan
pro dan kontra, hal ini sangat lumrah karena satu persetujuan mesti ada
segi-segi kompromi. Presiden Sukarno memberi persetujuan tetapi
menyesalkan mengapa Irian Barat dibiarkan belum masuk, dengan begitu
wilayah Negara Proklamasi masih belum lengkap. Walaupun
menimbulkan banyak ketidakpuasan, KMB menurut pemerintah
merupakan hasil perjuangan diplomasi maksimal yang dapat dicapai
pada waktu itu. Oleh karena itu agar hasil KMB bisa dilaksanakan maka
memerlukan persetujuan dari wakil-wakil rakyat yang duduk dalam
Komite Nasional Indonesia Pusat.
Sekembalinya ke tanah air, Perdana Mentri Hatta memberikan
laporan kepada kabinet hasil perundingan Konferensi Meja Bundar dalam
sidang kabinet tanggal 16 November 1949. Dengan suara bulat, kabinet
menerima hasil perundingan dan menyarankan agar secepatnya
dimintakan pengesahan pleno KNIP. Tanggal 7-15 Desember, KNIP
mengadakan sidang pleno untuk mendengarkan tanggapan para
anggotanya terhadap keterangan pemerintah tentang hasil KMB yang
dimintakan pengesahan. Akhirnya, hasil-hasil KMB diterima dengan
suara 226 berbanding 62 dan 31 blangko. Golongan yang tidak setuju
adalah golongan komunis dan partai Murba. Golongan Partai Sosialis
Indonesia memberikan suara balngko. Di Nederland, piagam persetujuan
KMB disahkan pada tanggal 14 Desember dengan suara 71 berbanding 29
di Dewan Perwakilan Rakyat (kamar kedua) dan 34 berbanding 15 di
Dewan Senat (kamar pertama). Terkait pengesahan piagam persetujuan
KMB oleh sidang KNIP di atas, tanggal 16 Desember dilangsungkan
pemilihan presiden untuk Republik Indonesia Serikat di Gedung
Kepatihan Yogyakarta oleh wakil-wakil 16 negara bagian. Selanjutnya
KNIP mengadakan sidang untuk memilih presiden dan wakil presiden
RIS. Terpilihlah Ir. Sukarno sebagai Presiden RIS dengan Wakil Presiden
E-MODUL PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS INKUIRI 38