Page 45 - FIX_MODUL SUFA FLIP BOOK
P. 45
2. Detik-Detik Menjelang dan Pelaksanaan Konferensi Meja Bundar
Tindak lanjut mempersiapkan penyelenggaraan konferensi meja
bundar (KMB) di den haag, negeri Belanda, perdana menteri NIT, ide
Anak Agung Gde Agung, yang merangkap sebagai wakil ketua
pertemuan musyawarah federal (PMF, yang lebih dikenal BFO)
menyarankan agar sebelum diselenggarakan KMB, terlebih dahulu
diadakan suatu konferensi antara BFO dan RI. Maksudnya ialah, untuk
membentuk suatu rekonsiliasi antara pemimpin-pemimpin RI dan wakil-
wakil negara bagian dan daerah-daerah di luar wilayah kekuasaaan RI,
karena adanya perselisihan paham dan jurang pemisah antara mereka
akibat politik memecah belah pemerintah Belanda. Selain itu, agar
tercapai kerjasama dan kekompakan menghadapi Belanda selama
pembicaraan pada sidang KMB. Dari tanggal 23 Agustus sampai tangga l
2 November 1949, konferensi Meja Bundar diselenggarakan di Den Haag
mengakhiri konflik diantara Indonesia dan Belanda.
Pada hari yang sama (27 Desember 1949), Wakil Kerajaan Belanda
menyerahkan kekuasaan formal kepada Pemerintah Republik Indonesia
Serikat (RIS) di Jakarta, yang diwakili oleh Sri Sultan Hamengku Buwono
IX selaku Penjabat Perdana Menteri RIS. Presiden RIS Soekarno kemudian
membentuk kabinet pertamanya. Perdana Menteri merangkap Menteri
Luar Negeri RIS adalah Mohammad Hatta. Amerika Serikat (AS) menjadi
negara pertama yang membuka perwakilan diplomatik di Jakarta setelah
penyerahan kedaulatan Belanda kepada RIS, hanya tiga hari setelah
Konperensi Meja Bundar di Den Haag. Merle Cochran menjadi Duta Besar
pertama AS untuk Indonesia. Langkah AS itu kemudian segera disusul
oleh Inggris, Belanda, dan China. (Kemlu read 47).
E-MODUL PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS INKUIRI 38