Page 236 - 100 Tokoh
P. 236

mehgku  Buwono IX dikenal  sebagai  sosok yang na­
           sionalis dan patriotik. Beberapa pekan setelah prokla­
           masikan,  ia  menyatakan  bahwa  Kesultanan  Yogya­
           karta  adalah  bagian  dari  negara  Republik  Indone­
           sia.  Bahkan  saat  ibukota  negara  pindah  ke  Yogya­
           karta, ia pun merogoh kocek pribadinya untuk meng­
           gaji  para  pejabat  pemerintahan  yang  ikut  pindah.
               Agresi  Militer  Belanda  II  menempatkan  Yogya­
           karta sebagai sa saran utama.  Dalam sehari,  pasukan
           Belanda  menduduki  Istana  Presiden  dan  menawan
           Soekarno-Hatta.  Jenderal  Soedirman  bersama  para
           pengikutnya  meninggalkan  kota  untuk  bergerilya.
           Namun Sri Sultan Hamengku  Buwono IX  tetap  ber­
           tahan.  Ia berkata,  /I Apa pun yang terjadi,  saya  tidak
           akan  meninggalkan  Yogya.  Justru  bila  bahaya  me­
           muncak, saya wajib berada di  tempat,  demi  kesela­
           matan  keraton  dan  rakyat."  Keberadaan  Sri  Sultan
           di  dalam  kota  ternyata  memudahkan  gerilyawan
           melakukan  aktivitasnya.  Keraton  menjadi  tempat
           yang aman  bagi  tentara  RI yang sedang  menyarnar.
           Di  keraton  pula  ia  rnenggagas  ide  serangan  urnurn
           ten tara  RI  untuk  rnenduduki  Yogyakarta,  dan  rne­
           nyampaikan  gagasan  itu  kepada  Letkol  Soeharto.
               Sri Sultan Harnengku Buwono IX aktif dalarn pe­
           merintahan.  Karir  di  kabinet diawali  dengan  men­
           jadi  Menteri  Negara  (1946-1949),  Menteri  Perta­
           hanan Koordinator Kearnanan Dalarn Negeri  (1949),
           Wakil  Perdana  Menteri  (1950-1951),  dan  Wakil  Pre­
           siden  (1973-1978).  Ia  meninggal  dunia  pada  tahun
           1988  dalarn  usia  76  tahun.  Sekitar  satu  juta  orang
           mengantarnya ke pernakarnan Imogiri, sebelah sela­
           tan  kota  Y ogyakarta.  *******

                                                             219
   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241