Page 11 - bahan ajar e-modul
P. 11

Modul Sejarah Indonesia Kelas XI KD 3.2 dan 4.2


                           kepada kaum Padri mengusir Gubernur Belanda di sana. Maka setelah selesai perang
                           Diponegoro, Natal di bawah pimpinan Tuanku Nan Cerdik dapat mempertahankan
                           serangan Belanda di sana. Tahun 1829 De Stuers digantikan oleh Letnan Kolonel
                           Elout, yang datang di Padang Maret Dengan bantuan Mayor Michiels, Natal dapat
                           direbut, sehingga Tuanku Nan Cerdik menyingkir ke Bonjol. Sejak itu kampung demi
                           kampung dapat direbut Belanda. Tahun 1932 datang bantuan dari Jawa, di bawah
                           Sentot Prawirodirjo. Dengan cepat Lintau, Bukit, Komang, Bonjol, dan hampir seluruh
                           daerah Agam dapat dikuasai oleh Belanda.
                                  Melihat kenyataan ini baik kaum Adat maupun kaum Padri menyadari arti
                           pentingnya  pertahanan.  Maka  bersatulah  mereka  bersama-sama  menghadapi
                           penjajah Belanda. Setelah daerah-daerah sekitar Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda,
                           serangan ditujukan langsung ke benteng Bonjol. Membaca situasi yang gawat ini,
                           Tuanku Imam Bonjol menyatakan bersedia untuk berdamai. Belanda mengharapkan,
                           bahwa perdamaian ini disertai dengan penyerahan. Tetapi Imam Bonjol berpendirian
                           lain.  Perundingan  perdamaian  ini  adalah  siasat  mengulur  waktu,  agar  dapat
                           mengatur  pertahanan  lebih  baik,  yaitu membuat  lubang  yang  menghubungkan
                           pertahanan dalam benteng dengan luar benteng, di samping untuk mengetahui
                           kekuatan  musuh  di  luar  benteng.  Kegagalan  perundingan  ini  menyebabkan
                           berkobarnya kembali pertempuran pada tanggal 12 Agustus Belanda memerlukan
                           waktu dua bulan untuk dapat menduduki benteng Bonjol, yang didahului dengan
                           pertempuran yang sengit. Meriam-meriam Benteng Bonjol tidak banyak menolong,
                           karena musuh berada dalam jarak dekat.

                                  Tahun 1829 daerah kekuasaan kaum Padri telah meluas sampai ke Batak
                           Mandailing, Tapanuli. Di Natal, Tapanuli Baginda Marah Husein minta bantuan
                           kepada kaum Padri mengusir Gubernur Belanda di sana. Maka setelah selesai perang
                           Diponegoro, Natal di bawah pimpinan Tuanku Nan Cerdik dapat mempertahankan
                           serangan Belanda di sana. Tahun 1829 De Stuers digantikan oleh Letnan Kolonel
                           Elout, yang datang di Padang Maret Dengan bantuan Mayor Michiels, Natal dapat
                           direbut, sehingga Tuanku Nan Cerdik menyingkir ke Bonjol. Sejak itu kampung demi
                           kampung dapat direbut Belanda. Tahun 1932 datang bantuan dari Jawa, di bawah
                           Sentot Prawirodirjo. Dengan cepat Lintau, Bukit, Komang, Bonjol, dan hampir seluruh
                           daerah Agam dapat dikuasai oleh Belanda.

                                  Melihat kenyataan ini baik kaum Adat maupun kaum Padri menyadari arti
                           pentingnya  pertahanan.  Maka  bersatulah  mereka  bersama-sama  menghadapi
                           penjajah Belanda. Setelah daerah-daerah sekitar Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda,
                           serangan ditujukan langsung ke benteng Bonjol. Membaca situasi yang gawat ini,
                           Tuanku Imam Bonjol menyatakan bersedia untuk berdamai. Belanda mengharapkan,
                           bahwa perdamaian ini disertai dengan penyerahan. Tetapi Imam Bonjol berpendirian
                           lain.  Perundingan  perdamaian  ini  adalah  siasat  mengulur  waktu,  agar  dapat
                           mengatur  pertahanan  lebih  baik,  yaitu membuat  lubang  yang  menghubungkan
                           pertahanan dalam benteng dengan luar benteng, di samping untuk mengetahui
                           kekuatan  musuh  di  luar  benteng.  Kegagalan  perundingan  ini  menyebabkan
                           berkobarnya kembali pertempuran pada tanggal 12 Agustus Belanda memerlukan
                           waktu dua bulan untuk dapat menduduki benteng Bonjol, yang didahului dengan
                           pertempuran yang sengit. Meriam-meriam Benteng Bonjol tidak banyak menolong,
                           karena musuh berada dalam jarak dekat.












                       @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN               6
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15